Hukum Perdukunan
Pada hari-hari ini, hampir seluruh media masa menyuguhkan
berita kerusuhan dan pertikaian yang terjadi antara guru dan murid tentang
perdukunan. Saya tidak ingin membahas fulan-fulan tersebut dalam artikel ini.
Karena saya rasa,manfaat dari membahas mereka sangat tidak berfaidah. Terus
terang, saya kurang paham apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka, namun
ada sedikit yang saya pahami, Kemungkinan besar perseteruan yang terjadi
diantara mereka dikarenakan perdukunan. Apa hukum syar’I tentang perdukunan, Apakah seseorang yang mempunyai pekerjaan pokok sebagai dukun adalah kafir musyrik? Lantas, apakah orang yang ikut mendatanginya dinamakan musyrik juga? Simaklah perincian dibawah ini.
Apa sih maksud dari dukun itu? Yang diistilahkan dukun itu sendiri adalah orang-orang yang mengabarkan hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari, melalui bantuan setan yang mencuri-curi dengan berita dari langit. Maka, dukun adalah orang-orang yang mengaku dirinya mengetahui ilmu ghaib, sesuatu yang tidak tersingkap dalam pengetahuan banyak manusia.
Padahal, di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jelas dan
pasti, bahwa hanya Allah yang mengetahui
yang ghaib, adapun selain-Nya tidak.
Allah berfirman:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّه”
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui
bila mereka akan dibangkitkan. (An-Naml: 65)
Dengan inilah, para dukun telah membatalkan akidah yang sangat agung nan mulia. Yaitu, tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah.
Kemudian Rasulullah bersabda:
“مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ؛
لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً”
“Barangsiapa mendatangi peramal, lalu ia bertanya tentang
sesuatu padanya; maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam.”[1]
Begitulah Rasulullah bersabda:
“مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ سَاحِراً فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُوْلُ؛ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ”.
“Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu
mempercayai apa yang dikatakannya; maka ia telah kufur terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.”[2]
Ancaman yang sangat berat dari Rasul shallallahu alaihi was allam untuk para pengunjung dukun. Jika ia tidak mempercai sang dukun maka sia-sialah shalatnya selama 40 hari. Kemudian hendaklah ia mengalikan dengan jumlah shalat fardhunya sehari-hari. Maka kerugian yang besarlah dipikul oleh seseorang yang mendatangi sang dukun. Dan yang lebih parah lagi adalah seseorang yang mendatangi dukun tersebut kemudian mempercayainya. Maka ia melakukan amalan kekafiran dan ia telah mendustai apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Jika seseorang yang mendatangi dukun + mempercayainya adalah
seseorang yang kafir, maka sudah menjadi kepastian sang dukun adalah seorang yang kafir.
Kemudian, para dukun membuat seseorang yang mendatangnya mempunyai sifat pemalas .
“Pemikiran yang mistik mencerminkan mentalitas jalan pintas.
Orang yang tidak mau kerja keras, tidak mau berencana, dan hanya mengharapkan
solusi dengan cara gaib. Mistik membuat orang malas, tidak ulet dan tidak
bermental tangguh.”[3]
Pembahasan di atas bukan hanya membidik para dukun yang
notabene beraliran hitam. Yang biasanya
ditandai dengan blangkon atau iket di kepala dan pakaian serba hitam. Tidak
lupa menyelipkan sebilah keris di pinggang, serta menyalakan kemenyan dan dupa
di depannya. Namun peringatan di atas juga terarah kepada mereka yang menamakan
diri dukun putih. Yang kerap berbusana bak seorang wali, dengan sorban di
kepala dan jubah putih, serta tidak lupa bersenjatakan seuntai tasbih yang
biji-bijinya terkadang mengalahkan besarnya bola pingpong. Mereka semua sama![4]
Semoga Allah menjauhkan dari amalan yang sangat tercela ini.
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
[1] (H.R. Muslim (IV/1751 no. 2230) dari sebagian
istri Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam).
[2] (H.R. Al-Bazzar (V/315 no. 1931) dari Ibn
Mas’ud radhiyallahu ’anhu dan sanad-nya dinilai sahih oleh Ibnu Katsir [lihat:
Tafsîr Ibn Katsîr (I/393)].
[3] (Perkataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
sebagaimana dalam buku Harus Bisa – Seni Memimpin ala SBY, karya Dr. Dino Patti Djalal (hal.127)).
[4] [Pembahasan
lebih lanjut baca di buku Dukun Hitam Dukun Putih – Menguak Rahasia Kehebatan
Sekutu Setan, karya Abu Umar Abdillah].

0 komentar:
Posting Komentar