Tuduhan Yang Tak Layak Untuk Di Tujukan Kepada Asatidzah Yang Mulia -Hafidzahumullah-
Oleh : Ustadz Firanda
Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kepada Allah atas
segala kenikmatan dan limpahan nikmat. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kepada kita nikmat lisan… semoga kita menjadikannya sebagai saran
untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya bukan untuk meraih dosa yang
sebanyak-banyaknya.
Alhamdulillah, tanggapan yang saya tunggu-tunggu dari
al-ustadz al-fadil akhirnya muncul juga. Hanya saja yang saya sedihkan adalah
sang ustadz keluar dari pembahasan khilaf yang sedang kita bicarakan. Dalam
membahas khilaf tentunya para ulama sering menyampaikan tentang "tahriir
mahal an-nizaa'" (yaitu inti atau fokus permasalahan) agar pembicaraan
kita tidak ngalor-ngidul dan ke sana ke sini.
Sebenarnya saya tidak berkeinginan untuk membahas
permasalahan ini, -dan ini menyelisihi wasiat guru saya yang menyarankan saya
untuk tidak membicarakan permasalahan ini- akan tetapi…dengan berat hati- saya
berusaha untuk menjabarkan permasalahan dengan meminta pertolongan Allah yang
Maha mengetahui segalanya.
Ada tiga hal yang menyebabkan saya sebenarnya enggan membahas
permasalahan ini:
Pertama : Jika tuduhan ini hanya saja tertuju pada saya,
maka perkaranya lebih ringan. Toh saya manusia biasa yang juga tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan dan juga memiliki banyak aib. Akan tetapi akhir-akhir
ini tatkala saya sedang sibuk membantah ahlul bid'ah maka saya mendapati
ternyata sebagian ahlul bid'ah menjadikan tuduhan "pendusta'' kepada
saya sarana untuk mementahkan
bantahan-bantahan saya terhadap mereka. Padahal mereka para ahlul bid'ah
tersebut telah terbukti berdusta.
Kedua : Ternyata hal ini juga dijadikan dalil oleh sebagian
ahlus sunnah untuk mencela radiorodja yang kebetulan diantara para pengisi
materinya adalah saya.
Ketiga : Dan hal ini yang sangat berat bagi saya, yaitu
dengan membantah tuduhan ini maka "terpaksa" saya membuka aib
sebagian ustadz atau sebagian "syaikh" sang penuduh.
Akan tetapi apa boleh buat… semoga Allah memaafkan hambaNya
yang penuh dosa dan kekurangan. Dan semoga Allah mengampuni niat saya –yang
mungkin saja tatkala menulis tulisan ini ada perasaan untuk membalas dendam-
sesungguhnya Allah maha mengetahui isi para hambaNya.
Akan tetapi sebelum kita masuk di topik pembahasan ada dua
perkara yang perlu saya ingatkan kepada para pembaca yang budiman :
Pertama : Saya sangat mengharapkan para pembaca sekalian
membaca serial tulisan saya, diantaranya :
-
http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/94-muwaazanah-suatu-yang-merupakan-keharusan-iya-dalam-menghukumi-seseorang-bukan-dalam-mentahdzir-,
dan
- http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/100-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-5-contoh-nyata-khilaf-ijtahdiah-diantara-para-ulama-tentang-menghukumi-seseorang
: Jangan lupa inti permasalahan khilaf yaitu : Apakah yang
menerima dana dari Yayasan IT maka otomatis menjadi sururi?, bahkan barangsiapa
meskipun tidak mengambil dana lantas bermu'aamalah dengan orang yang mengambil
dana maka apakah otomatis menjadi sururi?, karena justru jenis kedua inilah
yang lebih banyak, karena yang mengambil dana hanya sekitar beberapa orang
saja. Silahkan kembali membaca tulisan saya :
http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/101-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-6-tahdziir-dan-tabdii-berantai-ala-mlm-awas-sururi
, inilah permasalahan inti.
Al-Ustadz hafizohullah berkata :
((Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh
salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim
Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda
Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda
seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai
kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang
kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus
sunnah ditengah umatnya….. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda
dari salah seorang ulama besar Madinah Nabawiyyah)) demikan perkataan al-ustadz
hafizhohullah (silahkan lihat http://www.salafybpp.com/categoryblog/97-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag1.html)
Bahkan sang ustadz juga menukil perkataan sang syaikh yang
berkata tentang saya ((termasuk orang yang paling fajir diantara mereka (ahli
fitnah). paling buruk dan pendusta sekarang ini adalah si jahat yang dikenal
dengan nama Firanda yang berasal dari Indonesia. Si jahat dan pendusta besar
ini berjalan di kota Madinah mendatangi sebagian para pelajar dan sebagian
orang, dan membuat kisruh bahwa Syaikh Abdullah tidak menyisakan satupun,
semuanya dikritik, dia mengkritisi si fulan, mengkritisi Syaikh al-Abbad dan
anaknya dan saya tidak tahu siapa lagi, sebab ketika mereka datang kepadaku,
dia bersama yang lain dari pengikutnya Ali Musri dan aku membicarakan mereka
dan kebodohan mereka, si bodoh yang ngawur Ali Musri dan sikap dia pada tahun
yang lalu. Dan aku mencela Firanda atas bukunya yang berbicara tentang Ihya
At-Turats, Aku jelaskan kebobrokan Ihya At-Turats dan memaparkan kepada mereka
siapa itu Ihya At-Turats. mereka berkata: Demi Allah wahai Syekh, kami
benar-benar tidak tahu, jazakallah khaer engkau telah menjelaskannya. Maka saya
berkata : nah, sekarang aku telah menjelaskan, apa yang akan kamu lakukan
sekarang? Tentunya orang ini (maksudnya Firanda,pen) dia keluar dari kediamanku
dalam keadaan dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan dan perbuat setelah
menyebarkan kedustaan, kefajiran dan kejahatan ini. Bahkan teman-temannya yang
ketika itu bersamanya, diantara mereka Nur Ihsan dan yang bersamanya, mereka
berkata: wahai syaikh, kami tidak memahami ucapanmu ini dengan pemahaman itu,
dan engkau telah mengetahui bahwa orang ini (maksud mereka Firanda,pen) jahat
dan pendusta,fajir, bahkan kelewat batas dalam berdusta pula. Maka kita semoga
Allah memberkatimu- setiap hari kami menghadapi fitnah, dan setiap hari kami
menghadapi para pencari fitnah. Kalau sekiranya kita menyibukkan diri dengan
mereka, kita tidak akan mendakwahi manusia, tidak mengajar lagi, ya akhi,
tinggalkan mereka…))
Sebelum saya menanggapi pernyataan di atas maka saya ingin
mengingatkan para pembaca untuk mengetahui bahwasanya majelis yang terjadi
antara beliau sang syaikh dan kami (Firanda, Ustadz Abdullah Taslim MA, DR
Arifin Badri, dan DR Muhammad Nur Ihsaan) terjadi di rumah beliau sang syaikh.
Tentunya pembicaraan yang terjadi diantara kami tidak direkam, akan tetapi ada
beberapa pernyataan yang sempat dilontarkan oleh sang syaikh yang hal ini
disaksikan oleh para ustadz-ustadz tersebut. Diantaranya :
Pertama : Syaikh berkata : Ibnu Jibrin adalah Imaam
Ad-Dholaalah (imam kesesatan)
Kedua : Syaikh Berkata : Syaikh Abdul Aziz As-Sadhaan
bukanlah salafy, tidak bisa membedakan antara kurma dan bara api (padahal
Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan juga dinukil perkataannya oleh sang ustad dalam
tulisannya di
http://www.salafybpp.com/categoryblog/97-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag1.html)
Ketiga : Beliau berkata : Dimana Syaikh Abdul Muhsin tatkala
Syaikh Robii' membantah ahlul bdi'ah, Syaikh Robii' mengeluarkan ruhnya untuk
umat, adapun syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad diam selama tujuh tahun dan tidak
membantah sama sekali. Dan akhirnya syaikh Abdul Muhsin pun memberi pengantar
kepada kitab Madaarikun Nadzor setelah tujuh tahun diam, itupun setelah buku
itu diberi pengantar oleh Syaikh Albani !!!
Keempat : Beliau juga berkata : Syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad
kok bisa menghukumi bahwa perseteruan yang terjadi antara syaikh Robii' dan
Abul Hasan Al-Ma'ribi hanyalah karena hawa nafsu. Bagaimana beliau bisa
menghukumi demikian. Saya (yaitu beliau sang syaikh) pernah datang ke Syaikh
Abdul Muhsin dan saya tanyakan kepada beliau : "Apakah anda sudah baca
tulisannya syaikh Robii'?", maka Syaikh Abdul Muhsin berkata :"Saya
tidak baca". Saya juga bertanya, "Apakah anda sudah membaca tulisan
Abul Hasan Al-Ma'ribi?", maka syaikh Abdul Muhsin berkata, "Tidak".
Lantas bagaimana bisa Syaikh Abdul Muhsin menghukumi
bahwasanya syaikh Robii' dan Abul Hasan hanya mengikuti hawa nafsu??? (Demikian
perakataan beliau sang syaikh)
Kelima : Beliau berkata : Syaikh Abdurrozzaq Al-Abbaad,
siapa dia??, dia baru saja istiqomah. Dahulu main-main di jalan raya,
sampai-sampai ayah saya menegurnya dan berkata "Wahai Abdurrozzaaq, ayahmu
Abdul Muhsin Al-Abaad adalah seorang alim, merupakan suatu perkara yang aib
jika engkau bermain-main di jalan)
Keenam : Beliau juga berkata : Syaikh Abdurrozzaq baru saja
istiqomah kemudian jadi salafy lantas begitu cepat ia berbalik
Dan masih ada perkataan-perkataan beliau yang lain, yang
mungkin kurang pantas untuk saya utarakan di sini.
Mungkin para pembaca yang budiman mengatakan saya berdusta
akan hal ini. Memang sungguh sulit untuk menunjukkan bahwasanya saya jujur
karena tidak ada bukti berupa rekaman. Akan tetapi silahkan para pembaca yang
budiman untuk bertanya langsung kepada Ustadz DR Muhammad Arifin, Ustadz DR
Muhammad Nur Ihsan, dan Ustadz Abdullah Taslim MA. Adapun ustadz Abdullah
Taslim maka pernyataan beliau bisa di dengar di
http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/04/12/download-audio-klarifikasi-oleh-ustadz-taslim-tentang-kejadian-yang-sebenarnya-antara-ustadz-firanda-dan-syaikh-abdullah-al-bukhari/
Seluruh pernyataan di atas masih diingat oleh Fadhilatus
syaikh yang mengucapkannya kecuali pernyataan terakhir (pernyataan yang keenam)
yang menyatakan bahwasanya Syaikh Abdurrozzaq jadi salafy lantas begitu cepat
ia berbalik.
Dan beliau mengingkari pernah menyatakan demikian, hanya
saja saya (yang telah diajar Syaikh Abdurrozzaq bertahun-tahun, dimana beliau
mengajar saya di jenjang S1, S2 dan sekarang juga di S3) tentunya tidak akan
lupa pernyataan ini. Dan hal ini juga diingat oleh ustadz Abdullah Taslim MA. Akan
tetapi perkaranya repot karena memang bukti kongkritnya tidak ada.
Adapun enam pernyataan Syaikh diatas maka saya hanya bisa
berkata laa haulaa wa laa quwaata illaa billah. Syaikh Ibnu Jibrin adalah Imaam
Ad-Dolaalah…., meskipun kita tidak setuju dengan beberapa fatwa syaikh Ibnu
Jibrin rahimahullah akan tetapi beliau tetaplah seorang ulama… bahkan ulama
besar…
Adapun pernyataan beliau tentang syaikh Abdul Aziz
As-Sadhaan, maka beliau adalah salafy, murid syaikh Bin Baaz (dan saya rasa
sang ustadz al-faadhil juga mengakui bahwasanya beliau adalah salafy, oleh
karenaya sang ustadz hafidzohullah juga menukil perkataannya untuk membantah
saya)
Adapun pernyataan tentang syaikh Abdul Muhsin Al-Abbaad,
maka menurut pandangan saya yang lemah ini, ini merupakan bentuk perendahan
kepada ulama besar sekelas Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbaad.
Adapun pernyataan beliau tentang Syaikh Abdurrozzaaq maka
saya berkata :
- Syaikh
Abdurrozzaq memang dulu terkenal nakal (dan saya mohon maaf kalau memang ini
merupakan aib syaikh Abdurrozzaq) sebagaimana yang saya dengar dari beberapa
sumber. Akan tetapi kalau menurut pandangan saya justru ini merupakan kemuliaan
syaikh yang telah meninggalkan kenakalannya lantas kemudian menjadi seorang
alim yang memberi faedah kepada umat baik di Saudi maupun di Indonesia
- Syaikh sudah
sejak 15 tahun yang lalu telah meraih gelar Profesor. Adapun beliau sang syaikh
baru saja mengambil gelar doktor beberapa tahun yang lalu
- Apakah
pantas kita menyebut-nyebut kesalahan orang di masa lalu??, bukankah Umar bin
Al-Khottoob dahulu sangat membenci dan memusuhi Nabi??, bukankah banyak para
sahabat yang demikian?, bukankah Al-Fudhail Bin 'Iyaadn dahulu adalah gembong
para perampok???
- Hendaknya
justru kita menutup aib saudara kita, apalagi aib yang sudah
ditinggalkannya….!!!
- Bukankah
dakwah Syaikh Abdurrozzak sangat masyhuur di Saudi?, beliau pengajar di Masjid
nabawi, beliau mengisi pengajian di Radio Al-Qur'an Saudi, beliau juga mengisi
pengajian di sebagian stasiun TV di Saudi
Dan pernyataan beliau sang syaikh yang terakhir : Bahwasanya
Syaikh Abdurrozzaq menjadi salafy kemudian begitu cepat berbalik, maka tidak
akan saya tanggapi karena sungguh jelek perkataan ini dan beliau sang syaikh
lupa pernah mengucapkan hal ini.
Mungkin para pembaca masih menuduh saya berdusta… , apa yang
harus saya katakan… karena tidak ada bukti yang jelas, pernyataan-pernyataan
tersebut tidak terekam.
Akan tetapi Sang ustadz telah menampilkan suara syaikh
menyatakan bawhasanya saya adalah pendusta (sebagaimana pula mengatakan
bahwasanya DR Ali Misri sebagai seroang yang safiih yaitu dungu), padahal….
Dalam kaset tersebut juga ternyata beliau sang syaikh juga
mencela Syaikh Muqbil rahimahullah, bahkan juga meragukan kesalafian
orang-orang yang belajar di syaikh Muqbil rahimahullah.
Berikut pernyataan beliau tentang syaikh Muqbil rahimahullah:
ما كل من جاءنا كان من دماج على أنه سني
كل نظن الناس هكذا أفكارها متأثرة بشيخها أنهم خوارج في هذا الفكر في ذلك العهد نحن
ما أحسنا الظن بكل من جاء ولاأسأنا الظن بكل من جاء نتوقف في أمره ما ندري أيش يكون."
"Tidak semua orang yang datang kepada kami dari Dammaaj
berarti ia adalah seorang sunni, semuanya –kami menyangka semua orang
demikian-, pemikiran mereka terpengaruh dengan pemikiran guru mereka, mereka
adalah khowarij dalam pemikiran ini tatkala itu. Kami tidak berbaik sangka
kepada setiap orang yang datang kepada kami, dan kami juga tidak berburuk
sangka kepada siapa saja yang datang. Kami tawaqquf (berhenti dulu-pen) tentang
statusnya hingga kami tahu apa yang terjadi"
Bahkan celaan di atas bukan hanya mengenai syaikh Muqbil
rahimahullah, bahkan mengenai murid-murid beliau yang belajar di Dammaj di masa
Syaikh Muqbil apalagi setelah wafatnya syaikh??
Para pembaca bisa meminta kaset pernyataan ini dari
al-ustadz hafidzohullah, karena dalam kaset yang sama juga terdapat pernyataan
syaikh bahwasanya Firanda Pendusta. Dan banyak syaikh dari Yaman yang telah
membantah pernyataan ini.
Oleh karenanya saya berkata :
- Jika saya
dikatakan oleh syaikh ((orang yang paling fajir diantara mereka (ahli fitnah).
paling buruk dan pendusta sekarang ini adalah si jahat yang dikenal dengan nama
Firanda yang berasal dari Indonesia)) maka hal itu ringan daripada saya dituduh
khawarij.
- Akan tetapi
sudah banyak ulama yang dicela oleh syaikh ini, diantaranya Syaikh Ibnu Jibrin
yang dikatakan sebagai Imam kesesatan, Syaikh Muqbil yang dituduh berpemikiran
khawarij. Tentunya gelar pendusta masih lebih ringan dari pada imam kesesatan
dan berpemikiran khawarij. Bahkan bukan hanya syaikh Muqbil yang dicela,
murid-muridnya juga dicela
Mengenai pernyataan sang ustadz hafizhohullah ((Gelar
“kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di
Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada
seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar
yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti
menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan
salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah
upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah
umatnya….. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang
ulama besar Madinah Nabawiyyah))
Maka pada pernyataan di atas ada beberapa hal yang ingin
saya tanggapi –semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya- :
Pertama : Pernyataan sang ustadz bahwasanya Syaikh tersebut
adalah seorang ulama besar di kota Madinah, hal ini menggambarkan kepada para
pembaca bahwasanya firanda telah dituduh pendusta oleh ulama besar kota
Madinah.
Tentunya semua orang yang pernah belajar di Madinah
mengetahui bahwasanya ini merupakan perkataan yang tidak benar. Karena syaikh
tersebut masih sangat muda dan baru saja beberapa tahun yang lalu mengambil
gelar Doktor (bahkan saya ikut hadir dalam persidangan peraihan gelar
tersebut). Beliau ma'ruuf dengan dakwah kepada sunnah, akan tetapi beliau belum
sampai tingkatan ulama, apalagi ulamabesar. Oleh karenanya tidak seorangpun
syaikh yang menyatakan beliau sebagai ulama…, apalagi ulama besar…??. Oleh
kareananya hendaknya kita menyebutkan kondisi seseorang yang sebagaimana
mestinya. Karena tatkala sang ustadz menuliskan bahwa syaikh tersebut merupakan
ulama besar.. maka tentunya akan semakin menguatkan tuduhan pendusta kepada
Firanda…. Baarokallahu fiiikum yaa ustaadz. Saya juga memiliki teman-teman yang
juga para dosen di Universitas Islam Madinah sebagaimana sang syaikh, akan
tetapi mereka seluruhnya bukanlah para ulama.
Kedua : Tersebar diantara para penuntut ilmu bahwasanya
syaikh menyatakan Firanda sebagai pendusta karena Firanda sudah berjanji untuk
menarik kembali buku "Lerai Pertikaian" akan tetapi ternyata Firanda
tidak pantas melakukannya, sehingga syaikh tersebut menggelari Firanda dengan :
"Kadzzaab, Dajaaal, Khobiits" (Si tukang dusta, si Dajjaal, dan
Khobiits). Gelaran yang ringan di lisan akan tetapi tentunya sangat berat di
sisi Allah.
Pernyataan ini apakah benar dari Syaikh ataukah hanya
karangan sang ustadz?, jika dari syaikh maka saya katakan bahwasanya saya sama
sekali tidak pernah menyebutkan buku "lerai pertikaian' di hadapan syaikh,
apalagi sampai berjanji untuk menarik kembali. (Silahkan Tanya kepada Ustadz
Arifin Badri, Muhammad Nur Ihsan, dan Abdullah Taslim yang juga ikut hadir dalam
majelis tersebut))
Ketiga : Saya tidak pernah menyebarkan pernyataan-pernyataan
syaikh yang mencela ulama di Indonesia, baik dalam tulisan maupun maupun
ceramah. Justru yang menyebarkan di Indonesia syaikh sendiri, dan juga sang
ustadz hafizohullah.
Keempat : Gelar Dajjaal, Fajir, Dungu, dan Kadzzaab yang
dilontarkan syaikh, saya rasa terlalu berat… apa tidak ada lafal lain yang
lebih ringan.
Kadzzaab (gemar berdusta….), sungguh Allah akan mencatat
pernyataan ini. Silahkan bertanya kepada seluruh sahabat-sahabat saya baik
orang arab maupun orang Indonesia, apakah saya gemar berdusta ???!!!
Kelima : Bukankah
sang ustadz juga pernah dicap "Kadzzaab" oleh ustadz yang terkenal
juga??!! Yang merupakan teman seperjuangan belajar di Yaman??. Alhamdulillah
kalau teman-teman belajar saya di Madinah tidak ada yang mengecap saya sebagai
Kadzdzaab.
Keenam : Hendaknya kita menerapkan kaidah al-jarh wa at-Ta'diil
Bukankah jika sang ustadz hendak menilai Firanda pendusta
atau bukan ia hendaknya menerapkan kaidah al-Jarh wa at-Ta'diill, kenapa ia
tidak bertanya kepada syaikh-syaikh yang mengenal saya sejak lama. Silahkan
Tanya kepada ulama besar Madinah Syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad apakah ia
mengenal saya???, silahkan Tanya syaikh Abdurrozzaaq apakah ia mengenal saya??,
silahkan Tanya Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili yang mengajar saya di S1 dan S3 apakah
ia mengenal saya??!!, mereka bertiga adalah pengajar resmi di Mesjid Nabawi dan
dikenal oleh masyarakat kota Madinah.
Bukankah Imam Malik pernah ditanya tentang Muhammad bin
Ishaaq? Maka iapun berkata ia adalah "Dajjaal". Maka apakah para
ulama mengambil mentah-mentah perkataan Imam Malik? Kenapa? Karena pernyataan
tersebut akibat perseteruan yang terjadi antara mereka berdua. Oleh karenanya
jika terjadi perselisihan antara saya dan sang ustadz maka bukan sebagai alasan
dengan mudahnya kita mengatakan kepada orang yang menyelisihi sang ustadz
sebagai dajaal dan gemar pendusta.
Keenam : Tentunya aib saya masih terlalu banyak, jika sang
ustadz ingin mencari-cari aib saya maka akan banyak yang ia dapatkan. Semoga
Allah menutup aibku. Akan tetapi saya ingatkan kepada sang ustadz tentang
sebuah sabda Nabi
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلم
يَدْخُل الإيمَانُ قَلْبَهُ ! لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ
فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ
وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ بَيْتِهِ
"Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan
tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian mengghibahi kaum
muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa
yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan mencari-cari
kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah
akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya"
Penutup :
Pertama : Setelah tulisan ini maka saya –insyaa Allah- tidak
akan lagi menggubris tuduhan-tuduhan yang ditempelkan kepada saya. Jika
bantahan yang disampaikan sang ustadz kepada saya adalah bantahan ilimiyah maka
saya akan ladeni, adapun jika hanya mengenai tuduhan-tuduhan yang berkaitan
dengan perangai dan pribadi saya maka saya tidak akan menanggapi lagi. Semoga
Allah memberi petunjuk kepada kita semua
Kedua :Saya ingatkan kepada siapa saja dari kalangan Ahlus
Sunnah yang hendak menuduh seorang ustadz salafy, hendaknya ia memikirkan hal
berikut ini :
- Sudahkah ia bertabayyun kepada sang ustadz?,
bukankah Nabi menganjurkan untuk mendengar dari dua belah pihak yang bertikai?
- Sudahkah ia
siap berdilaog dengan ustadz yang ia tuduh tersebut di persidangan Allah pada
hari kiamat kelak?
- Sudahkah ia mempersiapkan jawaban jika Allah
memintanya untuk mendatangkan bukti atas apa yang ia ucapkan dan tuduhkan.
Jika ia siap dengan tiga perkara ini maka silahkan untuk berghibah riya dan mengumbar aib
saudaranya.
Ketiga : Permasalahan khilaf yang terjadi antara saya dan
sang ustadz mungkin sulit menemukan titik temu. Oleh karenanya saya mengajak
sang ustadz untuk berdialog terbuka jika memang sang ustadz bersedia… , bukan
dalam rangka untuk mengunjuk gigi, akan tetapi dalam rangka mencari kebenaran.
Bisa jadi saya yang salah sehingga saya akan ruju' dan bisa jadi sebaliknya,
justru sang ustadz yang keliru.
Atau jika sang ustadz kurang berkenan, maka bagaimana kalau
kita angkat permasalahan ini kepada para kibar ulama. Tentunya kalau saya
katakana kepada sang ustadz, "Bagaimana kalau diangkat ke syaikh Abdul
Muhsin yang merupakan guru Syaikh Robii'?", tentunya sang ustadz tidak
bersedia. Oleh karenanya saya punya usul bagaimana kalau permasalahan ini kita
angkat ke Syaikh Soleh Al-Fauzaan, dan saya serahkan bentuk pertanyaannya
kepada sang ustadz. Dan saya siap mengantarkan beliau bertemu dengan syaikh
Sholeh Al-Fauzaan. Hafizohullah ta'aala. Dan jika sang ustadz kurang berkenan
maka kita angkat permasalahan ini kepada yang lebih tinggi lagi yaitu Al-Lajnah
Al-Daaimah, agar permasalahan yang telah lama meresahkan kita ini –sehingga
terlalu banyak timbul tuduhan, celaan, gelaran, pembid'ahan, penyesatan, dll-
diputuskan oleh mereka para ulama kibar. Bagaimana pendapat antum wahai
ustadz?? Baarokallahu fiikum.
Keempat : Ingatlah
wahai para pembaca yang budiman, para saudaraku sesama ahlu sunnah, bukan
berarti tatkala saya menuliskan tanggapan saya ini berarti mengharuskan
membenci sang ustadz. Dan inilah yang saya ingin ingatkan kepada para seluruh
Ahlus Sunnah, tentang penerapan al-walaa wal baroo yang berkaitan dengan hati.
Para ulama telah menjelaskan bahwasanya kita tidak boleh berbaroo' secara
mutlak dan total 100 persen kecuali kepada orang kafir. Adapun seorang muslim
yang terjerumus dalam kemaksiatan atau dalam bid'ah maka kita wajib membencinya
sesuai kadar penyimpangan dan kesalahannya, namun wajib bagi kita mencintainya
sesuai kadar ketaatan dan sunnah yang dilakukannya. Inilah amalan hati yang
sulit untuk dilakukan. Bisa jadi kita berbaroo' dan menghajr seseorang karena
bid'ah yang ia lakukan akan tetapi orang yang dihajrnya tersebut merupakan
orang yang kita cintai. Sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabat yang menhajr Ka'b bin Malik karena tidak ikut serta perang Tabuuk,
secara dzhohir mereka menghajr Ka'ab, akan tetapi hati Nabi dan para sahabat
sangatlah mencintai Ka'ab bin Malik. Inilah hal yang harus kita latih dalam
hati kita, jika ada saudara kita –apalagi sesama salafy- yang menyelisihi kita
maka apakah otomatis kita membencinya…?? Padahal kita tahu saudara kita itu di
atas sunnah dan mendakwahkan tauhid dan sunnah, memberantas syirik dan
bid'ah??. Semoga Allah mensucikan hati kita dan menjauhkan kita dari hasad dan
dengki aaamiiin.
Oleh karenanya saya katakan bahwasanya sang ustadz yang akan
saya tanggapi ini adalah seorang dai yang ma'ruf dalam berdakwah semoga Allah
senantiasa membimbingnya dalam menyebarkan sunnah dan memberantas bid'ah.
Baarokallahu fiikum wa hafizokumullah.
Madinah, 07 04 1432 H / 12 03 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com

0 komentar:
Posting Komentar