Membongkar Kekufuran Syi'ah Terhadap Firman Allah
Setelah saya
memaparkan kesesatan syi’ah dari segi kecintaan dan pengagungan mereka terhadap
seks, kali ini saya akan memaparkan kesesatan mereka dari segi keyakinan mereka
akan adanya perubahan Al Quran yang sekarang kita pegang. Tidaklah mereka
mengatakan perkataan ini kecuali karena mereka iri dan dengki akan ajaran Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang disampaikan kepada Abu Bakr, Umar,
Utsman radhiyallahu anhum. Dan satu lagi, mereka mengatakan perkataan ini
karena mereka tidaklah datang kecuali untuk merusak islam. Syiah dihadapan kaum muslimin adalah musuh dalam selimut. Mereka membungkus
kebusukan agama mereka dengan selimut keislaman, dan mereka bukanlah dari islam.
Ketahuilah
wahai penganut syi’ah indonesia, janganlah anda ikuti perkataan Imam Anda yang
mengajak kepada pintu jahannam. Tidakkah anda mengetahui bahwasanya anda berada
dalam aqidah yang sangat batil? Keluarlah dari akidah bathil ini yang dibuat buat
oleh syiah (baca: rafidhah) sendiri. Tidakkah anda percaya dengan kitab Al
quran yang sedang anda baca saat ini -Al Quran Al karim- adalah Al Quran yang
Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad tanpa ada perubahan. Allah subhanahu wa
ta’ala telah menjamin akan keabsahan Al Quran Al Kariim. Allah sendirilah yang
menjaganya hingga hari kiamat. Lihat firman Allah dalam Al Qur’an:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"[1]
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"[1]
Kalau anda
mengakui seorang islam, mana keimanan anda terhadap kitab-kitab Allah? Kenapa
anda karatakan Al Quran sekarang belum lengkap dan ada perubahan? Bukankah
Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”[2]
Hati-hati jika
anda tidak mengimani Alquran Al karim. Rasul bersabda:
Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika menjawab pertanyaan dari Jibril tentang iman bersabda:
Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika menjawab pertanyaan dari Jibril tentang iman bersabda:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan
beriman kepada takdir baik dan buruknya”[3]
Apakah anda
lebih yakin kepada Allah yang telah menjamin keabsahan al quran ataukah anda
lebih percaya kepada orang-orang pendusta yang mengaku sok imam yang membuat
buat mushaf fatimah? Engkau (penganut syiah) lebih mengetahui betapa besarnya
kedustaan mereka. Dan betapa seringnya mereka melakukan dusta atas dasar
taqiyyah.
Dan
kethuilah wahai pengikut syi’ah, riwayat qira’ah mutawatir hanya ada 7, dan
adakah dari ketujuh ini riwayatnya syi’ah ??
Qiraat yang 7
ini telah mantap pada masa Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam dan beliau
mengajarkannya kepada para shahabat radliallaahu ‘anhum sebagaimana beliau
menerimanya dari Jibril ‘Alayhissalaam. Kemudian pada masa shahabat muncul para
ahli qiraat Al qur’an yang menjadi panutan masyarakat. Yang termahsyur diantara
mereka antara lain Ubay bin Ka’b, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘ali bin Abi Thalib,
‘Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit dan Abu Musa Al Asy’ari radliallaahu
‘anhum. Mereka lah yang menjadi sumber bacaan bagi sebagian besar shahabat dan
tabi’in.
Namun dalam
perkembangan selanjutnya, perbedaan qiraat ini menghadapi masalah yang serius
karena munculnya banyak versi bacaan yang semuanya mengaku bersumber dari Nabi
Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam. Untuk itu dilakukanlah penelitian dan pengujian
oleh para pakar qira’at dengan menggunakan kaidah dan kriteria dari segi sanad,
rasm ‘utsmani, dan tata bahasa arab.
Setelah
melalui upaya yang keras serta penelitian dan pengujian yang mendalam terhadap
berbagai qira’at Al qur’an yang banyak beredar tersebut, ternyata yang memenuhi
syarat mutawatir, menurut kesepakatan para ulama ada tujuh qiraat. Tujuh
qira’at ini selanjutnya dikenal dengan sebutan qira’ah sab’ah (bacaan yang
tujuh)
Qiraat sab’ah
ini masing masih dibawa dan dipopulerkan oleh seorang imam qira’at, sehingga
seluruhnya berjumlah tujuh orang imam qiraat. Sebagai penghargaan dan agar
mudah diingat, nama-nama mereka selanjutnya diabadikan pada qiraahnya
masing-masing (contohnya : Qiraat ‘ashim, Qira’at Nafi’dan seterusnya). Patut
dipahami, hal ini bukan berarti bahwa merekalah yang menciptajan qiraat
sendiri, namun qiraat yang mereka anut dan gunakan tetap bersumber dari
rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam yang diperolehnya secara talaqqi dari
generasi-generasi sebelumya.
Berikut nama
Imam qiraat sab’ah dan para perawi yang mahsyur meriwayatkan qiraat darinya
:
1- ‘Abdullah
bin Amir Al Yahsabi (Imam Ibnu ‘Amir)
Beliau
mengambil qiraat dari ‘Utsman bin ‘Affan radliyallaahu ‘anhu dan ‘Utsman
mengambilnya dari Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam. Para perawinya
antara lain : Hisyam bin ‘Ammar Ad Dimasyqi (Hisyam) serta Abu ‘Amir “abdullah
bin Ahmad Bin Basyir bin Zakwan Ad Dimasyqi (Ibnu Zakwan)
2- Abu Ma’bad
‘Abdullah bin Katsir Al Makki (Imam Ibnu Katsir)
Beliau
mengambil qiraat dari Ubay bin Ka’b dan ‘Umar bin Khattab radliyallaahu ‘anhuma
dari Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam melalui ‘Abdullah bin Sa’id Al
Makhzumi. Para perawinya yang terkenal antara lain Ahmad bin Muhammad bin
‘Abdullah bin Abu Bazzah (Al Bazzi) serta muhammad bin ‘Abdurrahman bin
Muhammad Al Makhzumi (Qunbul)
3- Abu Bakr
‘Ashim bin Abin Nujud Al Asadi (Imam ‘Ashim)
Beliau
mengambil qiraat dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi
Thalib, ‘Ubay bin Ka’b, dan Zaid bin Tsabit radliyallaahu ‘anhum dari
Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam melalui Abu Abdurrahman bin Hubaib As
Sulami. Para perawinya yang terkenal antara lain Abu Bakr Syu’bah bin ‘Ayyasy
bin Salim Al Asadi (Syu’bah) dan Abu ‘Amr Hafs bin Sulaiman bin Al Mughirah
(Hafs)
4- Zabban bin
al ‘Ala bin ‘ammar (Imam Abu Amr)
Beliau
mengambil qiraat dari ‘Umar bin Khattab dan ‘Ubay bin Ka’b radliyallaahu
‘anhuma melalui Abu Ja’far Yazid bin Al Qa’qa dan Hasan Al Bashri. Hasan Al
Bashri mengambil qiraat dari Haththan dan Abul ‘Aliyyah, Abul ‘Aliyyah dari
Umar bin Khattab dan ‘Ubay bin Ka’b radliyallaahu ‘anhuma dari Rasulullah
Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam. Para perawinya yang terkenal antara Abu ‘Umar
Hafs bin ‘Umar (Ad Duri) dan Abu Syu’aib shalih bin Zaiyad As Susi (As Susi)
5- Nafi’ bin
Abdurrahman bin Abu Nu’aim Al Laitsi (Imam Nafi’)
Beliau
mengambil qiraat dari banyak guru, diantaranya ‘Abdurrahman bin Hurmuz yang
mengambil qirat dari ‘Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhuma
yang mengambil qiraah dari Ubay bin Ka’b radliyallaahu’anhu. ‘Ubay bin Ka’b
radliyallaahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam. Para
perawinya yang terkenal antara lain Abu Musa ‘Isa bin Mina (Qalun) dan “utsman
bin Sa’id Al Mishri (Warsy)
6- Hamzah bin
Hubaib Az Zayat (Imam Hamzah)
Beliau
mengambil qiraat dari ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu melalui Abu
Muhammad bin Sulaiman bin Mahran Al ‘Amasyi yangmengambil qiraat dari Abu
Muhammad Yahya Al Asdi dari Alqamah bin Qais. Alqamah bin Qais talaqqi dari
Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wa
Sallam. Para perawinya yang terkenal antara Abu Muhammad Khalaf bin Hisayam Al
Bazzaz (Khalaf) dan Abi ‘Isa Khallad bin Khalid As Sairafi (Khallad)
7- Abul Hasan
‘Ali bin Hamzah Al Kisa’i (Imam Al Kisa-i)
Beliau
mengambil qiraat dari Imam Hamzah dan juga talaqqi kepada Muhammad bin Abu
Laili dan ‘Isa bin ‘Umar. Sementara ‘Isa Bin ‘Umar mengambil qiraat dari Imam
‘Ashim. Para perawi Imam Al Kisa-i yang terkenal antara lain Al Lais bin Khalid
Al Baghdadi (abu Harits) serta Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar (ad Duri al Kisa-i)
Qiraat Al
qur’an yang dibawa oleh ketujuh imam qiraat diatas bukanlah hasil ijtihad,
melainkan perkara tauqifi yang berpegangkepada riwayat-riwayat mutawaatir.[4]
Yang saya tanyakan,
adakah riwayat mushaf fatimah (yang anda yakini kebenarannya)? Saya tanyakan kembali, apakah sanad
riwayat Mushaf fatimah sampai menuju
Rasulullah? Maka terbungkamlah imam anda dengan seribu bahasa. Karena riwayat
mereka tidaklah sampai menuju Rasulullah. Padahal Al Quran hanya diturunkan kepada rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ataukah itu hanya buatan dan rekayasa
Imam Anda? Hanya hati kecil anda yang dapat menjawabnya. Dari sikap diam dan
terbungkammnya imam anda, anda telah mengetahui Al quran mana yang sebenarnya
di rekayasa. Apakah Al quran Al kariim yang telah Allah jamin keasliannya atau
Al Quran mushaf Fatimah yang sama sekali tidak ada jaminannya. Dan dizaman
Rasulpun tidak pernah dikenal.
Yang
anehnya (baca: lucu) lagi, terdapat riwayat dari mereka yang menyatakan
bahwasanya Al Quran terdiri dari 17.000 ayat. 3 kali lipat lebih tebal dari Al
Quran yang ada pada tangan-tangan kita.
عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عليه السلام قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جَبْرَئِيلُ عليه السلام إِلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وآله سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفَ آيَةٍ
عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عليه السلام قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جَبْرَئِيلُ عليه السلام إِلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وآله سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفَ آيَةٍ
Ali bin
al-Hakam, dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah (‘alaihis-salaam), ia
berkata, “Sesungguhnya Alquran yang diturunkan melalui perantaraan Jibril
‘alaihissalaam kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi adalah 17.000
ayat.”[5]
Komentar kami
untuk penganut syi’ah: Allah telah menyatakan akan kecukupan Al Quran yang ada
pada kami. Jadi Al Quran yang sama kami sudah cukup tidak perlu tambahan akan
tangan-tangan syi’ah yang busuk. Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”[6]
Kemudian
yang tak kalah anehnya, mereka melakukan kedustaan lagi dengan membuat buat
ayat baru, ayat nya berbunyi seperti ini:
يأيها الذين آمَنوا آمِنوا بالنورين أنزلناهما يتلوان عليكم آياتي ويحذرانكم عذاب يوم عظيم . بعضهما من بعض وأنا السميع العليم . إن الذين يوفون بعهد الله ورسوله في آيات لهم جنات النعيم . والذين كفروا من بعد ما آمنوا بنقضهم ميثاقهم وما عاهدهم الرسول عليه يقذفون في الجحيم . ظلموا أنفسهم وعصوا وصية الرسول أولئك يسقون من حميم
يأيها الذين آمَنوا آمِنوا بالنورين أنزلناهما يتلوان عليكم آياتي ويحذرانكم عذاب يوم عظيم . بعضهما من بعض وأنا السميع العليم . إن الذين يوفون بعهد الله ورسوله في آيات لهم جنات النعيم . والذين كفروا من بعد ما آمنوا بنقضهم ميثاقهم وما عاهدهم الرسول عليه يقذفون في الجحيم . ظلموا أنفسهم وعصوا وصية الرسول أولئك يسقون من حميم
“Wahai
orang-orang yang beriman, berimanlah kalian kepada An Nuroini (dua cahaya) yang
keduanya telah Kami turunkan. Keduanya membacakan kepada kalian ayat-ayat-Ku
dan keduanya memperingatkan kalian dari adzab yang besar, keduanya merupakan
bagian dari yang lain dan Aku Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya
orang-orang yang menunaikan perjanjian Allah dan Rasul-Nya dalam ayat bagi mereka
surga yang penuh kenikmatan. Dan adapun orang-orang yang kafir setelah mereka
beriman (para sahabat), disebabkan mereka membatalkan perjanjian mereka dengan
rasul, maka mereka akan dilemparkan ke Neraka Jahim. Mereka menzhalimi diri
mereka dan mengingkari wasiat Rasul, mereka itulah orang-orang yang akan diberi minum dari hamim
(air yang sangat panas).”
“Wahai
orang-orang yang beriman kepada Nuroin”. Mereka menyatakan bahwa ‘Utsman bin
‘Affan (yang disebut Dzun Nuroin –karena mengawini dua puteri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam-) telah menghapus surat ini”[7]
Mungkinkah
Utsman Bin Affan menghapus ayat ini, ataukah sebaliknya mereka yang
menambah-nambah? Kalau
seandainya Utsman bin Affan seorang kafir dan pendusta tidak mungkin Rasulullah
menikahi kedua anaknya dengan Utsman. Namun apa kenyataanya? Rasullullah menikahi
kedua anaknya dengan utsman bin Affan. Tidak mungkin ada seseorang yang meu
menikahi anaknya dengan fir’aun. Masih kah hati anda ingin mengikuti agama
syahwat? Cobalah lihat secara fakta dan realita, sebanarnya yang pendusta itu
Utsman bin Affan ataukah para syi’ah yang menjadikan dusta adalah suatu ibadah ??
Hanya andalah yang tahu akan kedustaan syi’ah, karena anda sendiri telah
merasakan keburukan dan kedustaan mereka. Seandainya iya, apakah anda mempunyai
riwayat mutawatir akan diturunkannya ayat ini?! Maka hanya diam seribu bahasalah
yang dilakukan imam-imam syi’ah. Ketahuilah Imam-imam syi’ah hanya ingin
menjadikan anda seorang teman di neraka jahannam nanti dengan anda tidak
meyakini al quran yang diturunkan oleh Allah jalla jalaaluh.
Allah
berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan juga kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa yang mengingkari/kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat jauh.”[8]
“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan juga kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa yang mengingkari/kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat jauh.”[8]
Dan yang
tak kalah lucunya para imam-imam syi’ah melarang untuk membaca surat yusuf
karena banyak fitnah, dan menganjurkan untuk membaca surat an nuur karena
banyak nasihat-nasihat.[9]
Apakah mereka
lupa ataukah mereka memang jahil, padahal dalam surat An Nuur Allah jelas-jelas
memuji Aisyah radhiallahu anha akan tetapi merekalah (imam-imam syiah) mencela
Ibu kita Aisyah istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dengan
mengakatakan Aisyah seorang pezina dan kafir. Padahal Allah membebaskan
tuduhan-tuduhan busuk ini. Allah menyatakan bahwasanya Aisyah bukanlah pezina
dan dia adalah ibu kaum mu’minin yang terlepas dari zina.
Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ
فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang keji itu tersebar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.
Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”[10]
Allah juga
berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang menjaga kehormatan diri lagi
beriman dengan perbuatan zina, mereka mereka kena laknat di dunia dan akhirat,
dan bagi mereka azab yang besar”[11]
Allah juga
berfirman:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”[12]
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”[12]
Yang tidak kalah lucunya mereka berani merubah surat Al Ikhlas dengan surat Al Asad lihat gambar mushaf mereka:
Lihat ulah-ulah syiah !! Sebenarnya yang berani mendustakan ayat al quran Utsman Bin Affan atau syiah rafidhah? PAdahal bashar asad baru mencuat di tahun-tahun ini sudah berani mendustakan ayat al quran. Lantas masih kah anda tetap mengikuti agama syiah yang penuh dengan kedustaan dan kebohongan. Ingat, imam-imam syi'ah hanya ingin untuk menjadikan anda sebagai kawan mereka sebagai penghuni neraka jahannam. Maka dari itu, bertaubatlah kepada Allah dan keluarlah dari agama syiah yang buruk ini.
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
[1] QS Al Hijr : 9
[2] QS Al Maidah :3
[3] HR Muslim
[4] Baca selengkapnya disini: http://tashfiyah.or.id/hubungan-ilmu-tahsin-tajwid-dan-ilmu-qiraat/
[5] Al Kafii 1:643
[6] QS Al Maidah: 3
[7] Fashlul
Khitob, An Nuuri Ath Thabarsi, hal. 18
[8] QS An Nisa: 136
[9] Al
Furu’ minal Kaafi, Al Kulaini, 5: 516
[10] QS An Nur: 19
[11] QS An Nur :23
[12] QS An Nur: 26


0 komentar:
Posting Komentar