Akhirnya Allah Menyatukan Cinta Kami Seperti Semula Kala ( Part III )
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Pendengar Nurani Yang Baik
Perjalanan hidup ini memang susah di tebak,
sebab terkadang, yang ada dalam benak kita adalah gemercing kebahagiaan, tetapi
kepahitan yang datang melanda, sebaliknya kadang ketakutan dan kecemasan yang
merasuk dalam pikiran kita, namun justru kebahagiaan yang datang menyapa.
Subhanallah, beginilah Allah mengatur
kehidupan setiap hambanya, sehingga pakar dan ahli ramal-meramal pun tak mampu
memprediksi, kejadian pada detik yang akan datang, dan inilah yang membuat aku
kagum pada kekuasaan Allah subhanahu wata’ala.
Pendengar Nurani Yang Baik,
Semula kupikir bahwa aku adalah lelaki yang
paling sengsara di dunia ini, semula aku menganggap bahwa akulah satu-satunya
lelaki, yang gagal dalam mempertahankan rumah tanggaku, berbagai peristiwa
memilukan kulewati bersama putri kecilku Nabila, seusai ditinggal pergi ibunya,
aku tidak lagi memiliki semangat untuk menemukan pekerjaan apapun, yang
sebelumnya aku lakoni, pikiranku kosong, dan hatiku hampa, aku merasa seperti
seekor burung elang yang telah kehilangan satu sayapnya, sehingga tidak lagi
tangguh menantang badai di atas langit, bayang-bayang kebahagiaan sesaat, yang
akhirnya berganti kemalangan, seakan tidak pernah lekang dalam anganku, sakit
dan perih, disetiap mendengar kata demi kata yang dilontarkan istriku kepadaku,
begitu sangat membuat aku terluka, betapa tidak, kemiskinan, dan kebodohanku,
yang menjadi kekuranganku akhirnya telah membuat aku tersungkur dalam kedapan
duka, aku merana, sakit dan kecewa, andai menyesal itu dapat mengembalikan masa
laluku, dan andai waktu bisa diputar kembali, mungkin aku tidak akan mengambil
keputusan bodoh, dengan menikahi putri keluarga bangsawan, yang kehidupannya
tidak setara denganku, Tetapi apa hendak dikata, nasi telah menjadi bubur,
semua sudah terlanjur terjadi.
Pendengar Nurani Yang Baik,
Setelah kembalinya aku dari rumah Warni dengan
membawa luka yang masih menghangat dihatiku, aku mencoba untuk menerima
kenyataan pahit itu, meskipun berat, aku berusaha meyakinkan hatiku, bahwa
inilah kenyataan yang harus aku terima, semua cinta yang tulus, akhirnya
dibayar dengan air mata.
Saat itu aku mulai meyakinkan hatiku, bahwa
aku memang tidak pantas untuknya, dan aku berusaha menerima kenyataan pahit
yang begitu memilukan, Dengan perlahan-lahan menghapus bayang-bayang wajahnya,
dan semua tentang dirinya dari ruang hatiku.
Saat itu, untuk menghibur perasaanku yang
sedang terluka, aku telah menganggap Warni mati, ya… aku menganggap dia mati,
bagiku ia telah mati didalam kenanganku, dan aku berusaha mempertegas pada
jiwaku, bahwa Warni hanyalah seorang pelancong, yang hanya sekedar kebetulan
singgah berteduh dalam dekapan kasihku, lalu pergi berlalu kembali ke negeri
asalnya.
Hari-hari aku lalui dengan semangat yang mulai
memudar, apalagi bila melihat putrid kecilku Nabila yang masih sangat kecil,
rasanya air mata ini mulai letih menetes, tetapi entah kenapa, jujur, semakin
aku begitu ingin melupakan dirinya, semakin jelas bayang-bayang wajahnya
menghiasi pelupuk mataku, kenangan-kenangan indah meskipun sesaat, telah terekam
begitu dalam dihatiku, aku tidak bisa memungkiri, bahwa Warni adalah
satu-satunya wanita yang telah merajai hatiku, dan aku begitu sangat
mencintainya, uh… andai dia tahu bahwa rasa ini begitu besar padanya, andai dia
bisa merasa bahwa aku tidak bisa menghadirkan sosok lain didalam hatiku, untuk
menggantikan dirinya.
Pendengar Nurani Yang Baik,
Sungguh hidup ini begitu misteri, tatkala
keletihan mulai menyapa diriku, akhirnya hadir sebuah berita gembira yang
kuterima dari redaksi nurani, manakala aku dikabari oleh temanku anton,
sahabatku yang melalui alamat e-mailnya kukirimkan surat pertamaku ke redaksi
nurani, anton mengabarkan padaku, bahwa Warni membalas suratku ke redaksi
nurani, dan mas satrio herlambang melalui e-mail pribadinya, mengirimkan surat
aslinya Warni, serta rekaman kisah penuturan Warni kepadaku.
Dengan tidak sabar dan penuh dengan pengharapan, kuputar kembali isi rekaman itu,
jantungku berdebar kencang, ada perasaan cemas menggelayut dalam hatiku, cemas,
takut, jangan-jangan isi suratnya akan lebih menambah luka dihatiku.
Dengan penuh seksama kusimak isi rekaman itu,
dan suara merdunya sang penyiar lebih menambah detak jantungku semakin tak
beraturan, air mataku menetes, mengelut kata demi kata yang dituturkan oleh
sang penyiar meniru isi surat istriku, dan air mata itu tumpah tatkala
mengetahui, bahwa ternyata dia masih sangat mencintaiku, bahkan dia lebih
menderita dari apa yang aku rasakan selama ini.
Warni, maafkan kakak dek, maafkan kakak,
ternyata selama ini kakak telah mendzolimi dirimu, ternyata kakak selama ini
telah tidak berlaku adil padamu, maafkan kakak dek, maafkan kakak.
Tetapi mengapa kau sembunyikan ini semua dari
kakak???, kenapa???, bukankah dulu kita pernah berjanji akan saling terbuka
antara satu sama lain???, bukankah dulu kita pernah berikrar akan hidup senang
dan susah bersama???, lalu mengapa kau lewati kedukaan dan derita ini
sendirian, kau tidak adil pada kakak dek, kau tidak adil.
Kakak memang masih ingat kau pernah bilang
meminta dikontrakkan rumah sendiri, tetapi mengapa kau tidak katakan alasannya
seperti itu???, padahal kakak telah memiliki simpanan sendiri yang kakak tabung
diluar pengetahuanmu, tabungan itu kakak niatkan untuk mengontrak rumah kita,
dan semua itu kakak lakukan karena kakak bermaksud, memberikan ini semua
sebagai hadiah kejutan buatmu, dihari ulang tahun kedua pernikahan kita, tinggal
tiga pekan lagi.
Tetapi sudahlah, semua sudah terjadi, yang
penting bagi kakak sekarang adalah kau harus kembali, kau harus kembali pada
kakak dan pada Nabila, kita harus berkumpul lagi seperti dulu, dan kakak janji,
insyallah kita akan segera menempati rumah kontrakan baru kita.
Pendengar Nurani Yang Baik,
Setelah mendengarkan seluruh kisah yang
dituturkan Warni melalui acara nurani, aku tidak lagi perduli bahwa saat itu
waktu sudah menunjukkan pukul 22 malam, tidak kubiarkan waktuku berlalu menanti
pagi, aku tidak sabar ingin berjumpa dengannya, dan menumpahkan segala
kerinduanku selama ini padanya, dengan girang dan bahagia yang tiada tara, aku
langsung bergegas kerumah Warni dengan mengendarai motor ojek yang aku kontrak,
kulewati malam yang gelap, dan dingin untuk menjemput kembali bidadariku yang
merajut hati, kutempuh perjalan 140 KM untuk sampai kerumahnya, dan tepat pukul
1 dinihari, aku tiba dirumah megah milik orang tuanya Warni, aku menyalami
rumah itu berulang-ulang kali dengan penuh harap, bahwa Warni akan membukakan
pintunya, hingga akhirnya orang yang aku nanti-nantikan, dan yang sangat aku
rindukan keluar juga.
Dengan tanpa izin dan berkata apapun darinya,
kupeluk ia dengan erat, kutumpahkan tangisku dalam dekapannya, aku tidak sanggup
berkata-kata lagi demikian juga dengannya, dalam dekapanku dengan tangis yang
memecah malam, Warni menumpahkan air matanya, dan satu kalimat mesra terucap
lirih dari bibirnya, “kakak jahat”, kakak jahat padaku.
Subhanallah, ini adalah kebahagiaan kedua
kalinya yang kurasakan, setelah kebahagiaan pertama kurasakan saat
mempersunting dirinya, Ya Allah, terima kasih Engkau masih meridhoi kami bersatu
kembali, terima kasih ya Allah, ini adalah karunia terindah yang pernah
kurasakan, terima kasih aku persembahkan padaMu.
Pendengar Nurani Yang Baik,
Akhirnya malam itu aku kembali bersatu
dengannya dalam pelukan malam, dan keesokan harinya kuajak dia kembali
kekampung, namun bukan untuk tinggal dirumah itu lagi, melainkan untuk
mengemasi barang-barang dan pakaian kami, untuk selanjutnya pindah kerumah
kontrakan baru kami, yang berada kurang lebih 50 KM dari rumah orang tuaku.
Aku bahagia sekali saat ini, aku bangga pada
istriku sendiri, dia bisa melewati masalah yang begitu besar ini, dengan tanpa
diketahui oleh siapapun dari pihak keluarga kami, dan hingga hari ini, tidak
ada yang tahu baik orang tuaku dan orang tua Warni, bahwa kemarin rumah tangga
kami nyaris hancur, semuanya rapi tersimpan dalam buku kenangan kami berdua.
Subhanallah,
Buatmu istriku, aku selalu berdoa kepada Allah
subhanahu wata’ala, agar selamanya kau menjadi istriku, baik didunia ini maupun
diakhirat kelak, amin.
Special ucapan terima kasih kami berdua
persembahkan, kepada Suara Wahdah FM, kepada program Nurani, dan kepada
pengasuh acara ini, Mas Satrio Herlambang.
Andai ada penghargaan yang paling besar
didunia ini, maka rasanya penghargaan itu pantas diberikan kepada acara ini,
karena dengan izin Allah, melalui acara ini, rumah tangga kami bisa
terselamatkan.
Juga ucapan terima kasih kepada para
pendengar, yang telah memberikan doa yang tulus buat kami berdua, sehingga
Alhamdulillah, doa-doa yang tulus itu di ijabah oleh ALLAH subhanahu wata’ala.
Salam bahagia dari kami berdua, Ahmad, dan
Warni.
Sumber: Radio Nurani
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry

0 komentar:
Posting Komentar