Kisah Nyata Khumaini Mencabuli Anak Berumur 4 Tahun
Kisah Khumaini
sang pendeta syiah pengagung kemaluan dan kisah Sayyid Shohib sang penganut
syiah yang tidak memiliki rasa malu.
Inilah
kesaksian dari salah satu ulama syi’ah Husain Al Musawi yang telah bertaubat
dan keluar dari akidah syi’ah yang sesat tentang kisah Khumaini yang bejat
memut’ah salah satu anak balita dibawah umur. Dan anak kecil ini baru berumur 4
tahun. Dan Khumaini memut’ahnya tatkala beliau safar bersama Husain Al Musawi. Berkata
imam Husain Al Musawi dalam kitabnya:
ولما انتهت مدة السفر
رجعنا، وفي طريق عودتنا ومرورنا في بغداد أراد الإمام أن نرتاح من عناء السفر، فأمر
بالتوجه إلى منطقة العطيفية حيث يسكن هناك رجل إيراني الأصل يقال له سيد صاحب، كانت
بينه وبين الإمام معرفة قوية
“Dan tatkala
waktu safar sudah selesai kami segera pulang. Dan dalam jalan kepulangan kami
dan tatkala melewati baghdad Imam menginginkan untuk beristirahat dari
keletihan safar. Maka beliau memerintahkan agar kami menuju daerah atiifiyyah
yang mana ada orang asli Iran yang tinggal disana. Dia akrab disapa dengan “Sayyid
Shohib”. Antara dia dan imam khumaini saling mengenal diantara keduanya”
فرح سيد صاحب بمجيئنا،
وكان وصولنا إليه عند الظهر، فصنع لنا غداء فاخراً واتصل ببعض أقاربه فحضروا وازدحم
منزله احتفاء بنا، وطلب سيد صاحب إلينا المبيت عنده تلك الليلة فوافق الإمام، ثم لما
كان العشاء أتونا بالعشاء، وكان الحاضرون يقبلون يد الإمام ويسألونه ويجيب عن أسئلتهم
“Maka senanglah
Sayyid Shohib atas kedatangan kami. Dan kami sampai menjumpainya di waktu
dzuhur. Maka dia membuatkan kami makan siang dengan memiliki rasa kemuliaan.
Kemudian dia menelepon sebagian kerabat-kerabatnya. Maka hadirlah mereka dan
ramailah rumah dengan perayaan bersama kami. Dan Sayyid Shohib meminta kepada
kami agar bermalam di rumahnya. Maka imam khumaini menyetujuinya. Kemudian tatkala waktu isya
datang, mereka membawa kepada kami makan malam. Dan para hadirin mencium tangan
imam khumaini dan mereka bertanya dan Imam menjawab pertanyaan mereka.
ولما حان وقت النوم
وكان الحاضرون قد انصرفوا إلا أهل الدار، أبصر الإمام الخميني صبية بعمر أربع سنوات
أو خمس ولكنها جميلة جداً، فطلب الإمام من أبيها سيد صاحب إحضارها للتمتع بها فوافق
أبوها بفرح بالغ، فبات الإمام الخميني والصبية في حضنه ونحن نسمع بكاءها وصريخها
Dan tatkala
datang waktu tidur dan para hadirin telah pada bubar kecuali tuan rumah,
tiba-tiba Imam Khumaini melihat anak kecil yang berumur 4 tahun atau 5 tahun
akan tetapi dia begitu cantik. Maka imam meminta dari bapaknya “sayyid shohib”
untuk membawa anaknya agar dimut’ah. Dan sang bapak menyetujuinya dengan rasa
yang sangat bahagia. Maka imam khumaini tinggal bermalam sedangkan anak balita itu
berada dalam pangkuannya. Dan kami mendengar tangisan anak balita ini dan
teriakannya.
المهم أنه أمضى تلك
الليلة فلما أصبح الصباح وجلسنا لتناول الإفطار نظر إلي فوجد علامات الإنكار واضحة
في وجهي؛ إذ كيف يتمتع بهذه الطفلة الصغيرة وفي الدار شابات بالغات راشدات كان بإمكانه
التمتع بإحداهن فلم يفعل؟
“Yang penting
dia telah menghabiskan malam itu. Tatkala pagi hari telah datang dan kami duduk
bersama untuk sarapan, Imam Khumaini
memandangiku. Dan dia mendapati tanda-tanda pengingkaran pada wajahku terhadap
perbuatannya. Karena bagaimana dia melakukan mut’ah dengan seorang balita yang
masih kecil sedangkan di dalam rumah banyak gadis-gadis yang telah baligh yang
dapat berpikir. Yang mana mungkin dapat bermut’ah dengan salah satu mereka akan
tetap tidak dilakukannya ?
فقال لي: سيد حسين
ما تقول في التمتع بالطفلة؟
قلت له: سيد القول
قولك، والصواب فعلك، وأنت إمام مجتهد، ولا يمكن لمثلي أن يرى أو يقول إلا ما تراه أنت
أو تقوله، -ومعلوم أني لا يمكنني الاعتراض وقتذاك
Maka Khumaini
berkata kepadaku: “Sayyid Husain apa menurutmu tentang nikah mut’ah dengan anak
kecil ?
Maka aku berkata kepadanya: “Perkataan yang mulia adalah
perkataanmu, dan yang benar adalah perbuatanmu. Dan kamu adalah Imam Mujtahid.
Dan tidak mungkin orang sepertiku untuk berpendapat atau berkata kecuali harus
sesuai dengan pendapat dan perkataanmu. (Dan sebgaimana yang diketahui,
bahwasanya saya tidak mungkin menolaknya di waktu itu)
فقال: سيد حسين؛ إن
التمتع بها جائز ولكن بالمداعبة والتقبيل والتفخيذ.أما الجماع فإنها لا تقوى عليه.
وكان الإمام الخميني
يرى جواز التمتع حتى بالرضيعة فقال: (لا بأس بالتمتع بالرضيعة ضماً وتفخيذاً -أي يضع
ذكره بين فخذيها- وتقبيلاً) انظر كتابه (تحرير الوسيلة 2/ 241 مسألة رقم 12).
Maka Khumaini
berkata: Sayyid Husain, sesungguhnya bermut’ah dengan balita itu boleh-boleh
saja. Akantetapi dengan mencandainya, menciumnya, dan menggesekkan farji di
kedua pahanya. Adapun jima’, maka anak balita belum kuat.
Dan memang
Imam Khumaini berpendapat akan bolehnya bermutah walaupun dengan anak kecil
yang masih menyusui. Dia berkata: Tidak mengapa bermut’ah dengan bayi yang
masih menyusui dengan memeluknya, menggesekkan dzakar di kedua pahanya, dan
dengan menciumnya. Lihat bukunya (Tahriir Al Wasiilah 2/241 Masalah nomor 12.
Kisah ini
diceritakan oleh salah satu ulama syiah yang telah bertaubat dalam kitabnya “Lillah
Tsumma Li At Taariikh 1/36
Begitulah
bagaimana bejatnya Khumaini pendeta syiah dan Sayyaid shohib penganut syiah.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry

Astaghfirullah... Ya Allah.. Adakah manusia yang seperti itu bejadnya? Bergetar & panas-dingin tubuh saya membaca artikel di atas..
BalasHapusMenurut ahlu sunnah, bolehkan menikahi anak wanita berumur 4 tahun lalu mencium dan menggesek farji ke pahanya tanpa jima?
BalasHapuskepada semua kaum muslimin muslimat,mari kita jaga kita pantau pergerakan syiah ini jangan sampai berkembang ,tentu tidak berkembang dalam waktu dekat tapi bagai mana dengan nasib anak keturunan kita kelak,
BalasHapusbayang kan kalau terjadi hal ini kepada keluarga kita.
Astagfirullah.....imam kafir
BalasHapusLebih tepatnya pendeta
Hapus