Bantahan Terhadap Penulis Syiah Yang Beralasan Mengelak "Riwayat Istinja' Syiah Dengan Nama Allah"
Tatkala kami membawakan bukti bahwasanya syi’ah melecehkan nama Allah, yang
mana agama syiah membolehkan beristinja’ (membersihkan kemaluan dan dubur
setelah buang air, baca: cebok) terdapat aktifis syiah yang beralasan. Dia
beralasan bahwasanya ini hanya tuduhan saja terutama dalam pembahasan “Syiah
membakar Al Quran” kemudian dia juga beralasan bahwasanya riwayat tersebut
(istinja’ dengan nama Allah) adalah dho’if sehingga tidak bisa dijadikan hujjah
menurut syiah (baca tulisannya disini).
1- Dia berkata:
“Pembaca akan melihat betapa rendah kualitas tulisannya yang hanya berupa
kata-kata hinaan dan dusta [diantaranya bahwa Syi’ah membenci dan membakar Al
Qur’an]. Kemudian ia menampilkan riwayat yang ia jadikan bukti atas judul
tulisannya”
Maka kami jawab:
Adapun syi’ah membakar Al Quran, kami tidak akan mungkin mengada-ngada
terutama untuk hal berdusta. Karena waqi’ realita yang ada bahwasanya syiah
memang membenci Al Quran sehingga mereka membakarnya.
Dalam sebuah wilayah yaman para syiah hutsi telah membakar ribuan Al Quran
karena kebencian mereka. Karena pada hakikatnya Al Qurannya syiah yang akan
datang nantinya –menurut keyakinan mereka- (Mushaf Fatimah) sangat berbeda
dengan Al Quran yang ada di tangan kaum muslimin sekarang. Tidak ada satupun
bagian (dalam mushaf Fatimah) yang dijelaskan dalam Quran kalian satu hurufpun.
Ini adalah keyakinan mereka.
Silahkan lihat fakta bahwasanya syiah membakar Al Quran disini:
2- Pembahasan mengenai riwayat istinja’ syiah dengan nama Allah. Riwayat
tersebut adalah:
عن أحمد بن محمد،
عن البرقي، عن وهب بن وهب، عن أبي عبدالله ( عليه السلام ) قال: كان نقش خاتم أبي:
العزة لله جميعا، وكان في يساره، يستنجي بها، وكان نقش خاتم أمير المؤمنين ( عليه السلام
): الملك لله، وكان في يده اليسرى، يستنجي بها
“Dari Ahmad bin Muhammad dari Al
Barqi dari Wahb bin Wahb dari Abi Abdillah alaihissalam, dia berkata: Ukiran
cincin bapakku (Muhammad Al Baqir) adalah “Al Izzah LILLAH Jami’an”, dan cincin
itu ada di tangan kirinya dia beristinja’ (baca: cebok) dengannya. Dan ukiran
cincin Amiril mu’minin (Ali bin Abi Thalib) adalah “Al Mulku LILLAH”, dan
cincin ini ada ditangan kirinya dia beristinja’ dengannya” Wasa’il Asy Syiah
24/10
Sang penulis syiah beralasan untuk mengelak seraya menukilkan pendapat para
ulama syiah tentang salah satu perawi dalam riwayat ini, dia berkata:
“Riwayat ini berdasarkan kaidah ilmu Rijal dalam mazhab Syi’ah kedudukannya
dhaif jiddaan karena di dalam sanadnya terdapat Wahb bin Wahb. Berikut keterangan ulama Rijal Syi’ah tentangnya
وهب بن وهب بن عبد الله بن زمعة بن الأسود
بن المطلب بن أسد بن عبد العزى أبو البختري روى عن أبي عبد الله عليه السلام، وكان
كذابا
“Wahb bin Wahb bin ‘Abdullah bin Zam’ah bin Al Aswad bin Muthallib bin Asad
bin ‘Abdul ‘Uzza, Abu Bakhtariy meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam]
dan dia seorang pendusta” Rijal An Najasyiy hal 430 no 1155”
Maka kami jawab: Dalam pembahasan ini, sang penulis menukilkan 3 perkataan
ulama syiah akan kedhoifan dan sifat pendustanya Wahb bin Wahb. Akan tetapi
yang jadi masalah adalah “syiah dengan seenaknya membolak-balikkan derajat
hadits itu sendiri”yang pada hasilnya mereka tidak memiliki sesuatu yang pasti
dalam masalah mustholah hadits.
Contoh periwayatan Wahb bin Wahb yang diterima padahal dia adalah pendusta,
yang terdapat dalam kitab syarh Ushul Kafi milik salah satu ulama syiah yang
bernama “Muhammad Sholih Mazindrani”:
اسمه وهب بن وهب،
قال العلامة: إنه كان قاضيا كذابا عاميا، ونقل الكشي عن الفضل بن شاذان أنه من أكذب
البرية، وقال الشيخ: إنه ضعيف عامي المذهب. أقول: الحديث معتبر وإن كان الراوي كذوبا،
لأن الكذوب قد يصدق
“Namanya adalah Wahb bin Wahb, Al Allamah berkata: dia adalah seorang qadi
pendusta bermadzhab sunni. Dan Al Kasyyi menukilkan dan Fadhl bin Syadzan
bahwasanya dia adalah seorang makhluk paling pendusta. Dan syaikh berkata:
Sesungguhnya dia adalah dho’if bermadzhab sunni. Aku berkata: Haditsnya
diterima walaupun perawinya pendusta, karena seorang pendusta bisa jadi jujur” Syarh
Ushul Al Kafi 3/37
Dan bukan hanya seorang pendusta saja yang dapat diterima periwayatannya.
Bahkan riwayat orang yang rusak keyakinan akidahnya dapat diterima menurut
syiah. “Ayatullah (baca: Ayatus Syiathon) Ja’far Ash Subhani” memberikan pengertian
dari hadits muwatssaq (salah satu bagian dari riwayat yang maqbul diterima):
ما رواه ما نص
على توثيقه مع فساد عقيدته, و يسمى القوي
“Apa yang diriwayat oleh seorang perawi yang ditsiqahkan secara nash walaupun
akidahnya rusak dan dinamakan juga dengan hadits qawi (kuat)” Ushul Al
Hadits Fii Ilm Ad Dirayah hal. 48
Akan tetapi yang lucu dalam buku ini juga, sang penulis (Ja’far As Subhani)
menyebutkan bahwasanya riwayat dari akidahnya yang rusak tidak diterima, baik
dia dari ahli qiblah maupun bukan ahli qiblah.
Ja’far As Subhani mengatakan:
فلا تقبل رواية
الكافر مطلقا, سواء أكان من غير أهل القبلة كاليهود و النصارى, أم من أهل القبلة
كالمجسمة و الخوارج و الغلاة
“Maka
riwayat kafir (yang rusak akidahnya) tidak diterima secara mutlak, baik dia
bukan dari ahli qiblah seperti yahudi dan nashrani, maupun dia dari ahli qiblah
seperti mujassimah, khowarij, dan para ekstrim” Ushul Al Hadits Fii Al Ilm Ad
Dirayah hal. 131
Jadi dapat disimpulkan, bahwasanya
syiah tidak memiliki pegangan pasti dalam maslah ini. Walhasil riwayat-riwayat
itu terserah apa kata hati mereka. Maunya dhoif ya dhoif maunya shohih ya
shohih. Na’udzubillah min Asy Syiah.
Hal ini dapat kita buktikan sendiri
dalam buku syiah, salah satunya Jami’ Ar Ruwat milik Al Ardabili murid dari Al
Majlisi:
يمكن أن يصير قريب من اثني عشر ألف حديث أو أكثر من الأخبار التي كانت بحسب
المشهور بين علمائنا مجهولة أو ضعيفة أو مرسلة معلومة الحال وصحيحة
“Bisa jadi
sekitar 12.000 riwayat hadits atau lebih yang mana sudah masyhur menurut ulama
kami adalah riwayat majhul, dhoif, atau mursal berubah menjadi riwayat yang
ma’lumah al haal (diketahui kedaan riwayatnya) dan menjadi riwayat yang shohih” Jami’ Ar Ruwat hal. 6
Dan perkataan ini juga terdapat
dalam buku “Bihar Al Anwar” milik gurunya “Muhammad Al Baqir Al Majlisi” 102/85
Semoga Allah menjaga kita dari
keburukan syiah.
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry

Belajarlah dari Iblis saudaraku,
BalasHapusribuan tahun ibadahnya hangus hanya karena ia menolak bersujud pada Adam as
dulu ketika saya masih belum syiah, saya juga sama seperti anda
tapi ketika saya berkenalan dengan seorang syiah, sy menemukan kelembutan seperti kelembutan sentuhan suapan Rasulullah kepada yahudi yang menyumpahinya...
adakah niatmu menulis ini utk mencari kebenaran ?
tidak kah merasa aneh ribuan tahun sudah permusuhan sunni syiah ini namun Iran tetap dianggap negara islam ?????
Lah,bukannya syiah adalah golongan yg tidak memiliki rasa lemah lembut dan terkrnal dengan kedunguannya? Dengan itulah, para ulama syiah ruju dari syiah menuju sunni. Diantaranya Husein al muayyid dan Al Musawi.
BalasHapusDan yg menyataka iran adalah negara islam ya hanya syiah itu sendiri, kaum muslimin di atas muka bumi ini menyatakan syiah bukan islam.
setelah saya baca buku usul kafinya Syiah, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa syiah memang bukan islam...jangan menilai sesat dari penilaian orang tapi baca langsung ke kitabnya, saudara akan tahu sendiri, makanya tidak usah kaget kalau MUI JATIM mengeluarkan fatwa bahwa SYIAH SESAT MEMANG BENAR ADANYA
BalasHapussetelah saya baca buku usul kafinya Syiah, tidak salah kalau MUI JATIM mengeluarkan fatwa kalau SYIAH ITU SESAT DAN SAYA SANGAT SETUJU...menilai kesesatan syiah jangan dari penganutnya, tapi dari kitab pedomannya...
BalasHapus