Benarkah Imam Bukhari Mengambil Riwayat Dari Kaum Syiah?
Pertanyaan:
“Assalamualaikum
ustadz,ana mau nanya,syubhat mereka yang dilontarkan adalah mengapa imam bukhari
meriwayatkan hadist dari ulama syiah,padahal syiah menurut imam bukhari kafir. Mohon
jawaban dan nasihatnya ustad”.
Jawaban:
Perlu
diketahui bahwasanya syiah banyak tingkatannya. Ada diantara mereka yang hanya
mendahulukan Ali bin Abi Thalib dari pada Utsman radhiyallahu anhuma tanpa
mencela Abu Bakr dan Umar. Dan diantara
mereka ada yang mendahulukan Ali bin
Abi Thalib dari pada Abu Bakr dan Umar radhiyallahu anhum. Bahkan diantara
mereka ada yang mencela para sahabat radiyallahu anhum dan mengkafirkan mereka.
Maka perlu
diketahui,Imam Bukhari mustahil untuk mengambil riwayat orang-orang syiah
rafidhah yang mengkafirkan Abu Bakr dan Umar dan para sahabat lainnya. Karena
Imam Bukharipun mengkafirkan mereka. Beliau berkata:
مَا أُبَالِي صَلَّيْتُ
خَلْفَ الْجَهْمِيِّ والرَّافِضِيِّ أَمْ صَلَّيْتُ خَلْفَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى،
وَلَا يُسَلَّمُ عَلَيْهِمْ، وَلَا يُعَادُونَ، وَلَا يُنَاكَحُونَ، وَلَا يَشْهَدُونَ،
وَلَا تُؤْكَلُ ذَبَائِحُهُمْ
“Aku tidak
berpikir akan shalat dibelakang seorang jahmiyyah dan syiah rafidhah, atau aku
shalat dibelakang yahudi dan nashrani. Sesungguhnya mereka tidak ucapkan salam
kepadanya, tidak dijenguk ketika sakit, dan mereka tidak dinikahi dengan kaum
muslimin, dan mereka tidak boleh memberi kesaksian, dan sesembelihan mereka
tidak dimakan”. (Kholqu Af’al Al Ibad hal.33)
Akan tetapi
perlu diketahui juga, bahwasanya Imam Bukhari memang benar mengambil riwayat
dari syiah. Namun syiah yang hanya mendahulukan Ali bin Abi Thalib dari pada Utsman
bin Affan tanpa mencela atau mengkafirkan Abu Bakr dan Umar dan mereka tidak
berlepas diri dari keduanya, mereka menghormati Abu Bakr dan Umar serta para
sahabat lainnya.
Sehingga
tasyayyu’ (syiah) yang dikenal pada zaman para ulama mutaqaddimin dan diambil
riwayatnya adalah macam syiah yang seperti ini, tidak sampai mengkafirkan Abu
Bakr dan Umar bahkan mereka menghormati keduanya dan para sahabat lainnya.
Imam Ibnu Hajr
Al Asqalani rahimahullah berkata menjawab permasalahan ini:
فالتشيع في عرف المتقدمين
هو اعتقاد تفضيل علي على عثمان, وأن عليا كان مصيبا في حروبه وأن مخالفه مخطئ مع تقديم
الشيخين وتفضيلهما, وربما اعتقد بعضهم أن عليا أفضل الخلق بعد رسول الله -صلى الله
عليهآله وسلم-, وإذا كان معتقد ذلك ورعا دينا صادقا مجتهدا فلا ترد روايته بهذا, لا
سيما إن كان غير داعية, وأما التشيع في عرف المتأخرين فهو الرفض المحض فلا تقبل رواية
الرافضي الغالي ولا كرامة
“Maka tasyayyu’
(syiah) yang dikenal di kalangan para ulama mutaqaddimin adalah keyakinan untuk
mendahulukan Ali dari pada Utsman. Dan bahwasanya Ali lah yang benar dalam
peperangan dan orang yang menyelisihi Ali adalah orang yang salah akan tetapi
mereka tetap mendahulukan Abu Bakr dan Umar dan tetap memuliakan keduanya. Dan
bisa jadi sebagian mereka berkeyakinan bahwasanya Ali adalah makhluk yang
paling mulia setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan jika
keyakinan ini ada pada dirinya dengan menjaga sikap wara’ dan agamanya dan dia
melakukannya karena kejujuran dan berijtihad maka riwayatnya tidaklah tertolak
karena hal tersebut, terlebih rawi tersebut bukanlah orang yang selalu menyeru
kepada keyakinannya. Dan adapun syiah yang dikenal pada zaman ulama muta’akhhirin
maka dia adalah rafidhah murni maka tidak diterima riwayat seorang syiah
rafidhah yang over dan tidak ada kemuliaan untuk mereka” (Tahdziib At Tahdziib
1/94)
Imam Adz
Dzahabi rahimahullah juga berkata:
البدعة على ضربين: فبدعة صغرى كغلو التشيع، أو كالتشيع بلا غلو
ولا تحرف، فهذا كثير في التابعين وتابعيهم مع الدين والورع والصدق فلو رد حديث هؤلاء
لذهب جملة من الآثار النبوية، وهذه مفسدة بينة ثم بدعة كبرى،
كالرفض الكامل والغلو فيه، والحط على أبي بكر وعمر رضي الله عنهما، والدعاء إلى
ذلك، فهذا النوع لا يحتج بهم ولا كرامة. وأيضاً فما أستحضر الآن في هذا الضرب رجلا
صادقا ولا مأمونا، بل الكذب شعارهم، والتقية والنفاق دثارهم، فكيف يقبل نقل من هذا
حاله! حاشا وكلا. فالشيعي الغالي في زمان السلف وعرفهم هو من تكلم في عثمان
والزبير وطلحة ومعاوية وطائفة ممن حارب عليا رضي الله عنه، وتعرض لسبهم. والغالي
في زماننا وعرفنا هو الذي يكفر هؤلاء السادة، ويتبرأ من الشيخين أيضاً، فهذا ضال
معثر
“Bid’ah ada 2 macam: Ada bid’ah kecil seperti bid’ahnya
sikap berlebihannya syiah atau seperti syiah yang tidak berlebihan
dan tidak merubah-rubah syariat. Maka ini banyak terjadi dari kalangan tabiin
maupun tabiut tabi’in akan tetapi mereka tetap menjaga agama mereka dan kewara’an
dan keikhlasan (kejujuran) mereka, seandainya hadits mereka ditolak maka
beberapa jumlah atsar (hadits) nabi akan hilang. Dan ini adalah mafsadah yang
jelas. Kemudian ada bid’ah yang besar, seperti rafidhah yang sempurna dan over
didalamnya. Dan merendahkan Abu Bakr dan Umar radiyallahu anhuma dan menyeru
kepada hal tersebut. Maka macam bid’ah seperti ini tidak perlu dijadikan hujjah
dan tidak ada kemuliaan untuknya. Dan aku juga tidak bisa menghadirkan contoh seseorang
yang jujur dan amanah dalam permasalahan ini, karena dusta ada lah syi’ar
mereka, dan taqiyyah dan kemunafikan adalah baju khas mereka, maka bagaimana
akan diterima penukilah dari orang yang seperti ini keadaannya! Sekali-kali
tidak. Maka syiah yang over di zaman orang-orang terdahulu adalah orang yang
membicarakan Utsman, Zubair, Thalhah, Mu’awiyah, dan sebuah kelompok yang
memerangi Ali rahiyallahu anhu, dan bisa jadi mereka juga mencela. Adapun syiah
yang over di zaman kita dan apa yang kita kenal dia adalah yang mencela mereka
selaku para pemimpin (Abu Bakr dkk) dan berlepas diri dari Abu Bakr dan Umar,
maka ini adalah kesesatan yang sangat buruk”. (Mizan Al I’tidal hal. 5-6)
Sehingga perlu
diketahui, kesyiahan orang yang membuat syubhat sangat berbeda dengan kesyiahan
para perawi di zaman para salaf yang diterima riwayatnya. Sehingga batillah
syubhat mereka dan sudah terbantahkan. Jadi, syiah bukanlah satu tingkatan dan
syiah yang diterima riwayatnya adalah syiah yang hanya mendahulukan Ali dari
pada Utsman namun mereka tetap menghormati Abu Bakr dan Umar dan para sahabat
lainnya bahkan mereka tetap menghormati mereka.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry

0 komentar:
Posting Komentar