Hukum Penghasilan Dari Pekerjaan Dengan Ijazah Palsu
Mungkin permasalahan inilah yang banyak dipertanyakan oleh para karyawan, pegawai, bahkan para pejabat yang dahulunya membuat ijazah palsu. Lantas bagaimana hukum ijazah palsu? Dan apa hukum penghasilan dari pekerjaan dengan ijazah palsu? Apakah penghasilan tersebut haram untuk dimakan atau boleh? Dan bagaimana jika dia telah bertaubat, apakah boleh dia melanjutkan pekerjaannya dari ijazah palsu tersebut?
Maka
permasalahan inilah yang akan kita bahas –insya Allah ta’ala-.
Pertama: Ketahuilah bahwasanya ijazah palsu termasuk dari kesaksian palsu yang
Rasulullah sabdakan akan betapa besar dosanya. Rasulullah bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ
بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ - ثَلَاثًا- الْإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ،
وَشَهَادَةُ الزُّورِ - أَوْ قَوْلُ الزُّورِ
“Tidakkah aku kabari kalian dengan dosa yang paling
besar dari dosa-dosa besar? –Rasulullah mengatakannya 3 kali- Kemudian Rasul
bersabda: “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, dan
persaksian palsu atau perkataan dusta” HR Bukhari Muslim
Kedua: Ijazah palsu termasuk kedustaan yang
diwanti-wanti oleh Rasul dalam hadits diatas dan hadits berikut ini:
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ،
فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ،
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
كَذَّابًا
“Dan hati-hatilah ari berdusta. Sesungguhnya kedustaan
akan membawa kepada hal-hal yang keji. Dan hal-hal yang keji akan membawa
kepada neraka. Dan jika seseorang masih saja berdusta dan selalu berdusta
sampai dia ditulis disisi Allah sebagai orang pendusta” HR Muslim
Ketiga: Bahwasanya Ijazah palsu termasuk
kecurangan dan khida’. Rasulullah bersabda mengancam dari pebuatan curang:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ
غَشَّ
“Bukan golongan dari kami orang yang curang” HR Abu
Dawud
Lantas,
bagaimana dengan hukum penghasilan dari ijazah palsu tersebut? Haramkah?
Para ulama
menjelaskan jika dia telah bertaubat dari pembuatan ijazah palsu tersebut dan
dia memang ahli dalam bidang perkerjaannya, maka hasil yang dia dapat adalah
halal dan boleh dimakan. Akan tetapi jika dia bukan ahlinya dan tidak bertaubat
maka hasil yang dia dapat adalah haram dan tidak boleh dimakan. Karena ijazah
ketika itu adalah wasilah dan bukan ghoyah (tujuan). Walaupun dia ahli dalam
bidangnya, dia tetap tidak boleh membuat ijazah palsu untuk mengelabuhi karena
itu termasuk dosa besar sebagaimana yang telah kita jelaskan pada point-pont
diatas.
Syaikh Ibnu
Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang hukum dari penghasilan ini. Beliau
menyatakan halal akan tetapi, dia harus diuji oleh perusahaan. Jika perusahaan
menilai bagus maka boleh. Beliau berkata:
إذا كان عنده استعداد
الآن أن يقدم اختبار في المواد ، أو إذا كانت الشركة لا يهمها أن يكون جامعيا أو غير
جامعي فلابد أن يختبر في طبيعة العمل
“Jika dia memiliki kesiapan maka hendaknya dia
mengajukan untuk diuji dalam materi bidangnya. Atau jika perusahaan tidak
memikirkan apakah dia harus lulusan sebuah universitas atau tidak, maka dia
harus diuji dalam bidang pekerjaannya” (Diambil dari website islam su’al wal
jawab yang dibukukan 5/6819)
Allahu a’lam.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.

0 komentar:
Posting Komentar