Apakah Ibu Musa Adalah Nabi Karena Mendapatkan Wahyu?
Ibu Musa alaihissalam mendapatkan wahyu dari Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى
أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ
“Dan telah Kami wahyukan kepada ibu Musa untuk
menyusuinya” (QS. Al-Qashash: 7)
Maka apakah wahyu dari Allah yang didapatkan oleh ibunya
Musa menjadi konsekuensi bahwa dia adalah seorang nabi?
Mari simak pembahasannya.
1- Pengertian
wahyu
Wahyu secara
bahasa adalah:
هو الإعلام السريع
الخفي ويطلق الوحي على: الإشارة، والكتابة، والرسالة، والإلهام. وكل ما ألقيته على
غيرك حتى علمه فهو وحي كيف كان وهو لا يختص بالأنبياء ولا بكونه من عند الله تعالى
“Pemberian
ilmu dengan cepat dan tersembunyi. Dan wahyu dimutlakkan untuk: Isyarat,
tulisan, risalah, dan ilham. Dan seluruh apa yang engkau sampaikan kepada orang
lain hingga dia mengetahuinya, maka itu disebut wahyu bagaimanapun kondisinya. Maka wahyu ini tidaklah khusus untuk para nabi dan tidak pula
wahyu ini harus datangnya dari Allah ta’ala”.
Wahyu secara istilah
syar’i:
إعلام الله أنبياءه
بما يريد أن يبلغه إليهم من شرع أو كتاب بواسطة أو غير واسطة
“Pemberian
ilmu dari Allah kepada para nabi-nabiNya yang disampaikan oleh Allah kepada
mereka berupa syari’at, dan kitab, baik dengan perantara atau tidak dengan
perantara”
Selebihnya mengenai
pengertian wahyu bisa disimak dalam kitab: (Ushul Al-Iman Fii Dhau’i Al-Kitab Wa
As-Sunnah hal. 123).
2- Lantas
wahyu yang Allah berikan kepada Ibunya Musa apakah wahyu secara bahasa yang
mana selain nabi juga mendapatkannya? Atau wahyu yang didapatkan oleh ibu Musa
adalah wahyu khusus untuk nabi?
Jawab: Wahyu
tersebut sangat jelas adalah wahyu secara bahasa yang mana selain Nabi juga
mendapatkannya. Karena Ibu Musa tidaklah mendapatkan syari’at ataupun kitab dari
Allah yang diembankan untuk disampaikan kepada ummatnya.
Dia hanyalah
wahyu berkaitan untuk menyusui Musa. Maka maksud wahyu ini hanyalah petunjuk
ilham sesuai fitrahnya seorang ibu.
Sama halnya,
seekor lebah pun juga mendapatkan wahyu dari Allah. Allah ta’ala berfirman:
وَأَوْحَى رَبُّكَ
إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا
“Dan Rabbmu memberikan wahyu kepada lebah untuk membuat
rumah di gunung-gunung” (QS. An-Nahl: 68)
Apakah masuk
di akal bahwasanya seekor lebah adalah nabi karena telah mendapatkan wahyu dari
Allah?? Tentu tidak masuk akal, maka wahyu yang didapat oleh lebah adalah petunjuk
wahyu ilham secara tabi’atnya hewan, dan sama sekali tidak berkaitan dengan syari’at
ataupun kitab dari Allah ta’ala yang diembankan untuk disampaikan pada ummat.
Maka perhatikanlah,
apakah wahyu itu seseuai dengan pengertian wahyu menurut istilah syari’at atau
hanya wahyu secara bahasa saja.
Semoga
bermanfaat, Allahu ta’ala a’lam.
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol follow pada akun FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @ma_alamiryAnda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.

0 komentar:
Posting Komentar