Kisah Nyata Suamiku Mencintai Sesama Jenis
Panggil saja aku Aisyah, wanita paruh baya dengan tiga
anak. Suamiku, Subhanallah, seorang laki-laki yang bertanggung jawab kepada
keluarga penuh cinta dan kasih sayang. Tempat tinggal kami tidak tetap karena
suami sering dipindahtugaskan dari satu daerah ke daerah lain. Sebagai istri,
aku selalu setia mendampinginya.
Seperti pasangan suami istri kebanyakan, hidup kami
sangat amat bahagia. Cinta serta kasih sayang kami sempurna, materi mencukupi,
titipan dari Allah ada tiga anak dan semuanya berjalan sesuai dengan harapan.
Suamiku humoris, tingkahnya lucu mengingatkanku kepada salah satu teman. Itulah
salah satu hal yang membuat aku betah berada di sampingnya.
Hingga suatu saat ada yang berubah dan berbeda pada diri
suami. Naluri kewanitaanku mengatakan bahwa suami sedang jatuh cinta lagi. Kata
orang dia sedang menjalani puber kedua. Karena suami mempunyai tipe tertutup
dan sebaliknya aku, maka pada suatu hari kuajak dia jalan-jalan sambil
mengenang masa-masa indah dulu. Kesempatan itu kujadikan waktu yang tepat untuk
membunuh rasa penasaran selama ini tentang puber kedua suami, apakah dia
mempunyai WIL (Wanita Idaman Lain). Ternyata jawabnya ‘tidak’ dan aku percaya
karena memang sungguh suamiku seorang yang jujur, lega rasanya hati ini.
Menjelah ultah perkawinan kami pada bulan April, aku
semakin penasaran melihat gelagat suami yang betul-betul berubah lain dari
biasanya. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat aku bersikap kurang sopan dengan
menyelidiki isi HP dan e-mailnya, namun tetap saja tidak ketemukan hal-hal yang
mencurigakan, kecuali gambar laki-laki yang belum aku kenal. Seingatku semua
teman suami aku mengenalnya, tapi yah sudahlah mungkin belum dikenalkan saja
olehnya.
Sebagai wanita yang terbiasa terbuka dan ingin segala
sesuatunya berjalan dengan jelas, tanpa mendung, awan, dan warna kelabu maka
beberapa hari setelah ultah kelahiranku kuberanikan diri untuk ‘memaksa’
suamiku berterus terang saja. Apa sebenarnya yang terjadi? Aku sudah siap
segalanya jika memang dia mempunyai WIL dan ada keinginan untuk menikah lagi.
Suamiku dengan jujur mau berterus terang namun memintaku
untuk siap lahir batin mendengar pengakuan dari dirinya. Panas dingin seluruh
tubuh karena tegang hal apa yang akan keluar dari mulut suamiku tercinta.
Masyaa Allah,
tiada kekuatan selain dari-Nya, ternyata apa yang diceritakan kepadaku sama
sekali tidak pernah terbayang sebelumnya dalam kamus hidupku. Suamiku ternyata
jatuh hati dengan seorang laki-laki. Sendi ini rasanya mau copot dan lebih baik
pingsan saja, namun naluriku dan kasih cintaku berkata lain. Dia membutuhkanku,
seorang teman yang mau memahaminya.
Dengan sekuat tenaga dan menekan perasaan kudengarkan
baik-baik cerita sang suami, dia menunjukkan gambar seorang laki-laki yang
tersimpan dalam HP. Rupanya itu adalah cinta pertamanya kepada laki-laki.
Keajaiban dari
Allah, aku dapat bersabar kemudian kutanya satu per satu apa saja yang telah
mereka berdua perbuat, Alhamdulillah baru sebatas suka saja. Karena
tidak ada kata ‘cerai’ dalam kamus pernikahanku, sejak saat itu dia kuminta
selalu berterus terang tentang laki-laki tersebut.
Apa yang dia rasakan, entah saat kangen, ketika sedih
mengingatnya, dll. Aku juga mulai mempelajari dunia homoseksual, sayang
kebanyakan website, forum dan milis hanya berisi para lelaki yang
ingin memuaskan birahinya saja. Hingga suatu saat kutemukan milis Hijrah_Euy
yang ternyata sangat membantu saya memahami dunia ini dengan kacatama Islam,
lurus dan benar, serta tegas. Kubaca dan kulalap sampai habis bacaan serta
posting-posting lama agar diriku dapat memahami suamiku.
Suami juga aku
wajibkan untuk menceritakan masalah ini pada salah satu anggota keluarganya,
dan kakak sulunglah yang menjadi tempat curhat kita berdua mengenai masalah
ini. Anak-anak yang sudah mulai remaja jangan sampai mengetahui tentang
hal tersebut, kami berdua harus hati-hati dengan melihat situasi dan kondisi.
Sampai saat
ini seringkali aku masih merasa asing dengan perasaan suamiku terhadap
laki-laki tersebut, hanya bermodalkan tekad dan semangatku untuk menyelamatkan
dirinya dari tindakan hubungan seks sesama jenis membuatku selalu tegar
menghadapinya. Ya Allah, sabarkan diri ini dan suamiku, meniti jalan-Mu.
Kini aku membantu teman-teman yang mempunyai nasib sama
di grup Peduli Sahabat dan Menanti Mentari. Kita sebagai manusia tidak akan
dapat mencegah apapun jika suamiku akan berbuat nista. Semua kuserahkan
kepada Allah SWT yang mengatur hidup ini. Melalui jalan sabar dan ikhlas,
kudampingi suami dengan baik serta selalu berusaha memahaminya. Semoga langkah
itu menuntunku meraih Surga-Nya kelak, aamiin.
Ditulis ulang oleh Sinyo dari catatan wawancara lewat
Yahoo Messenger pada hari Jum’at, Tgl 20 Mei 2011, setelah sholat Isya.
Sumber:
Ummi-Online
Hikmah dari
kisah:
1- Disini
membuktikan, bahwa dalam rumah tangga, tidak selamanya sang suami yang selalu
benar. Ada kalanya suaminya yang tergelincir dalam kefasikan dan kesalahan
namun istrinya yang benar dan berada dalam hidayah serta keta’atan.
Seperti kasus istri
Fir’aun yang selalu ta’at kepada Allah dan dia berada dalam keimanan kepada
Allah, tidak seperti fir’aun.
Allah ta’ala
berfirman:
وَضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ
بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ
Dan Allah
membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia
berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang zhalim. (QS. At-Tahrim: 11)
2-
Disinilah mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan
ummatnya untuk menikahi wanita yang berkreteria shalihah dan berakhlak mulia
serta berpegang teguh kuat kepada agamanya.
Agar ketika
kita sedang tergelincir dalam kesalahan dan kefasikan, maka dia yang menarik
kita dari jurang kesengsaraan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ
لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ
الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita
dinikahi karena 4 kriteria: hartanya, kehormatan nasabnya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka nikahilah wanita yang berpegang kuat kepada agamanya maka engkau
akan beruntung” (HR. Bukhari Muslim)
Dia akan selalu perhatian kepada suaminya dan memikirkan keadaan akhirat suaminya. Itulah yang dimiliki oleh istri shalihah yang berpegang teguh kepada agamanya.
3- Maka betapa
agungnya peran dan jasa wanita shalihah dalam rumah tangga, khususnya untuk
suami itu sendiri. Tidak ragu lagi mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menyebut mereka dengan sebaik-baik perhiasan dunia. Beliau bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ،
وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah
istri shalihah” (HR. Muslim)
4- Selama hubungan rumah tangga antara suami dan istri
dapat diperbaiki walau angin badai cobaan menerpa, maka bertahanlah tanpa harus
bercerai ataupun khulu’. Maklumilah, karena suamimu bukanlah malaikat dan
istrimu bukanlah bidadari.
Ketika kuku telah panjang, maka kita akan memotong
kukunya dan bukan memotong tangannya. Begitu pula, ketika masalah telah timbul
maka kita akan menyelesaikan masalahnya dan bukan menyelesaikan hubungannya.
Diriwayatkan dari rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
أبغض الحلال إلى الله
تعالى الطلاق
“Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah
cerai” (HR. Abu Daud)
Semoga bermanfaat, wa shallallahu alaa nabiyyinaa
Muhammad.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol follow pada akun FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @ma_alamiry

0 komentar:
Posting Komentar