Syiah : Jima Bersama Istri Melalui Dubur Tidak Membatalkan Puasa
Kita ketahui bersama
bahwasanya jima bersama istri melalui duburnya adalah dosa besar bahkan sampai
ke derajat kufur. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى حَائِضًا،
أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا، أَوْ كَاهِنًا، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى
مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa
yang berjima’ dengan istri yang haid atau berjima’ dengan istri melalui
duburnya atau mendatangi seorang dukun, maka dia telah kufur dengan apa yang
diturunkan kepada Muhammad” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Jika jima’
bersama istri melalui dubur adalah dosa besar, lantas bagaimana jika hal
tersebut dilakukan di bulan Ramadhan?? Tentu dosanya lebih besar. Namun, tidak
bagi syi’ah. Bagi syi’ah tidaklah berdosa jima’ bersama istri melalui dubur walaupun
di bulan Ramadhan jika keduanya saling ridha dan saling menyukai jima’ melalui
dubur.
Disebutkan
dalam kitab mu’tamad (refrensi pegangan) syi’ah “Tahdzib Al-Ahkam”:
الرجل يأتي المرأة
في دبرها وهي صائمة قال: لا ينقض صومها وليس عليها غسل
“Seseorang jima’ bersama istrinya melalui duburnya sedangkan
dia sedang berpuasa, Abu Abdillah alaihissalam berkata: “Puasanya tidak batal
dan dia tidak wajib mandi” (Tahdzib Al-Ahkam 4/319)
Disebutkan dalam riwayat syi’ah yang lain, Abu Abdillah
alaihissalam berkata:
إذا اتى الرجل المرأة
في الدبر وهي صائمة لم ينقض صومها وليس عليها غسل
“Jika seseorang lelaki jima’ bersama istrinya melalui duburnya dan
sedangkan dia sedang melakukan puasa, maka puasanya tidak batal dan dia tidak
wajib mandi” (Tahdzib Al-Ahkam 4/319)
Dan tentu, mereka mencari-cari celah. Dari pada jima’
bersama istri melalui lubang kemaluan istri akan membatalkan puasa, lebih baik
mendatangi istri melalui duburnya. Dan sama sekali hal tersebut tidaklah
berdosa, dan tidak membatalkan puasa, dan tidak wajib mandi bagi syi’ah.
Mari kita lihat fatwa gila dari pendeta syi’ah yang
bernama Muhsin Al-Ushfur. Dia ditanya oleh seorang perempuan:
انا فتاه متزوجه حديثا
ورغبتي بالجنس قويه لدرجة أني لا أكتفي بالمجامعه من القبل فأطلب من زوجي بمجامعتي من الدبر فيجامعني برضاه علما باني
أكتفي بهاذا الحد. أما السؤال فهوماحكم الجماع من الخلف؟ وماهي الكفاره المترتبه عليه؟
وهل يعد طلبي هذا إهانه في حق زوجي ؟
“Aku seorang wanita muda yang baru saja menikah, dan keinginanku
terhadap seks sangatlah besar sampai ke derajat yang mana aku tidak puas dan
tidak merasa cukup jika jima’ hanya melalui lubang kemaluanku. Maka aku meminta
kepada suamiku untuk menjima’i diriku melalui lubang duburku. Maka dia menjima’iku
melalui dubur dengan keridhaannya karena dia tahu bahwa aku merasa cukup dan
puas jika dia menjima’iku juga melalui dubur.
Adapun pertanyaannya, apa hukum jima’ melalui dubur? Dan
apa kaffarah yang terjadi? Dan apakah permintaanku ini termasuk penghinaan
terhadap hak suamiku?”
Muhsin Al-Ushfur
menjawab:
المشهور بين فقهاء
الشيعة كما سبق وان ذكرنا هو جواز جماع الزوج للزوجة في الدبر إذا رضيت هي به أي بشرط
ان يكون برضاها وموافقتها وعدم ترتب اذية وضرر عليها وهذا الجواز على كراهة .
“Yang populer dari para ahli fiqh syi’ah sebagaimana yang
telah kami sebutkan. Bahwasanya diperbolehkan jima’ bersama istri melalui dubur
jika sang istri ridha. Maksudnya adalah sang istri ridha dan telah sepakat maka
diperbolehkan, dan jika tidak menimbulkan penyakit dan bahaya terhadap
istrinya, maka diperbolehkan walaupun hal ini makruh” (Fatwa lihat di situs Al-Ushfur
langsung: http://al-asfoor.com/fatawa/index.php?id=587)
As-Sistani pendeta besar syi’ah juga ditanya:
هل الجماع من الدبر
حرام أم حلال؟ ولماذا؟ وهل الدبر مكان خروج الفضلات والقبل هو مكان خروج البول؟
“Apakah jima’ melalui dubur haram atau halal? Dan
mengapa? Apakah dubur tempat keluarnya kotoran dan kemaluan tempat keluarnya
air seni?”
As-Sistani menjawab:
الجماع من الدبر مكروه
ولكنه جائز مع رضا الزوجة والمراد بالدبر هو ما ذكرت
“Jima’ melalui dubur adalah makruh. Akan tetapi jika
sudah diridhai oleh istri maka diperbolehkan (tidak makruh lagi). Dan dubur
adalah tempat keluarnya kotoran sebagaimana yang engkau sebutkan” (Istiftaa’aat
As-Sistani hal. 224)
Silahkan para pembaca menghukumi sendiri akan bodohnya
para syi’ah, yang mengatakan bahwa jima’ bersama istri melalui dubur diperbolehkan
dan tidaklah berdosa serta tidak membatalkan puasa begitu pula tidak mewajibkan
mandi.
Silahkan para pembaca menghukumi sendiri betapa bodohnya syi'ah.
Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol follow pada akun FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @ma_alamiry

maaf ustadz, bukankah onani juga haram tapi tidak membatalkan puasa dgn alasan itu bukan jima' pd kemaluan wanuta, gitu juga dgn fatwa syiah ini, melakukan jima' tp tidak pd kemaluan wanita, mohon tanggapannya.
BalasHapusPada artikel ini, ada 2 pembahasan:
Hapus- Bodohnya syi'ah yang mengatakan bahwasanya bersetubuh melalui dubur tidak berdosa walaupun dalam bulan ramadhan.
- Bodohnya syi'ah yang mengatakan bahwasanya bersetubuh tidaklah membalkan puasa.
Hendaknya kedua point ini ditekankan dalam benak anda.
Adapun perkataan anda: bukankah onani juga haram tapi tidak membatalkan puasa dgn alasan itu bukan jima' pd kemaluan wanuta, gitu juga dgn fatwa syiah ini, melakukan jima' tp tidak pd kemaluan wanita, mohon tanggapannya.
Jawab: Bersetubuh itu membatalkan puasa, baik melalui dubur maupun kemaluan. Dan itulah adalah ijma' para ulama. Imam nawawi rahimahullah berkata:
أجمعت الامة علي تحريم الجماع في القبل والدبر على الصائم وعلي ان الجماع يبطل صومه
"Ummat islam telah berijma' akan keharaman bersetubuh baik melalui kemaluan dan dubur bagi orang yang berpuasa, dan bahwasanya bersetubuh tersebut membatalkan puasa" (Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzzab 6/321)
Itulah namanya bersetubuh. Namun Allah dan RasulNya mengharamkan mutlak bersetubuh melalui dubur. Namun orang-orang kafir dan syi'ah melakukannya. Wal 'iyadzu billah.
Ini artikel apa yah? Mana refrensi" yg mambuat kita tau klo syiah sperti itu. Biar jadi pengetauhan yg baik buat kita smua jika cma kata" saja smua bisa buat artikel apapun. Baiknya djak masyarakat berdahwah secara cerdas.. di sini syabliat tdk ada refrensi 1 pun yg manujukan kebenaran isi artikel ini . Menurut sya sangat menyesatkan. Tdk maauk akal.
BalasHapusContoh saja.. bilamg kitab A.. vma ada gambar deoan aja bukan video misalkan biar kita tau klo ini bukan artikel penebar fitnah.
BalasHapusContoh lagi. Besetunuh lewat dubur tdk batal puasa. Tapi tdk di bahas apakah syiah kluar mani tdk membatalkan puasa?
Tentunya jika mengeluarakan air mani di syiah batal. Msu berjimak ayau tdk tentunya batal.
Lalu berjimak dr dubur ountentunya memgeluarkan mani. Baral atau tdk jadinya menurit syiah? Manurut sya artikel ini bukan artikel ilmiah yg mambangun. Hanya menyesatkan umat agar berfikir tanpa data. Melemahkan logika umat Berujung radikal.. cba jelaskan