Surat Mantan Pendeta Yang Masuk Islam Karena Membaca Buku "Sebab-Sebab Kebahagiaan" karya Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr
Sungguh benar
bahwa rahasia hidayah hanyalah di tangan Allah. Tidak ada yang menyangka
seorang pendeta yang menjadi misionaris puluhan tahun berdakwah di pedalaman
–menyeru kepada kesyirikan dan kekufuran- akhirnya masuk Islam di akhir
hayatnya hanya karena sebuah buku saku "Sebab-Sebab Kebahagiaan".
Buku itu
merupakan transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh Fadilatus Syaikh
Abdurrozzaq hafizohulloh di mesjid Al-Istqlal pada tanggal 17 januari 2010 M (1
Shafar 1431 H), yang dihadiri lebih dari 100 ribu jama'ah.
Allah
menghendaki kebaikan bagi pendeta ini (Robert) yang terus berusaha mencari
kebenaran….akan tetapi beliau sekarang telah meninggal dunia –semoga Allah
merahmati beliau dengan rahmatNya yang seluas-luasnya, memaafkan dosa-dosanya
dan memasukannya kedalam surgaNya-.
Akan tetapi
sebelum ia meninggal, ia sempat menulis sebuah surat yang ia tujukan kepada
Fadilatus Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh, yang sungguh surat tersebut ditulis
dari sanubari yang paling dalam. Surat yang ringkas akan tetapi sarat dengan
faidah-faidah yang menakjubkan.
Ia bahkan tak
sempat mengirimkan surat tersebut –mungkin karena sakit yang dideritanya-, akan
tetapi surat tersebut ditemukan oleh saudaranya –yang non muslim- ditumpukan
buku-bukunya sebulan setelah wafatnya, lalu dititipkan kepada salah seorang dai
yang berdakwah di pedalaman. Lalu akhirnya pada tanggal 16 Agustus kemarin
surat tersebut –alhamdulillah- akhirnya sampai ke tangan saya tatkala saya
mengunjungi kota Balikpapan, dan alhamdulillah surat tersebut telah sampai
kepada Fadilatus Syaikh Abdurrozzaq hafizohullah
Berikut isi
surat tersebut:
بسم الله الرØÙ…Ù† الرØÙŠÙ…
السلام عليكم ورØÙ…Ø©
الله
Kepada yang
saya cintai karena Allah Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga Allah memberkahi anda.
Perkenalkan
nama saya Robert Tanhu Mangkulang dengan nama Islam Abdurrahman al Islami 58
tahun, berasal dari suku Dayak Kalimantan.
Sebelumnya
saya minta maaf bila mengganggu waktu anda dan aktifitasnya. Saya ingin
menceritakan kisah singkat tentang kehidupan saya dan juga harapan saya di
akhir hidup saya yang tersisa.
Saya masuk
Islam pada tanggal 15 Desember 2011, mulanya saya masuk Islam dan mengenal
Agama Islam karena keraguan agama yang saya yakini, di keluargaku 6 bersaudara
semuanya berbeda agama, ada hindu paganisme, kristen katholik dan protestan,
tapi tidak ada satu pun yang masuk Islam karena keluarga kami menganggap Islam
agama yang rumit dan sulit.
Selama 30
tahun lebih saya menjadi misionaris protestan, pastor dan terakhir menjadi
kepala gereja di seluruh kota di Kalimantan, tepatnya di Kutai Barat, selama
itu pula saya diberikan kecukupan rezeki harta dan jabatan yang layak karena
itulah tujuan para pendeta, dari keenam kali pernikahan saya tidak dikaruniai
anak keturunan, harta yang saya punya dipakai untuk bersenang-senang dan habis
di meja judi.
Di akhir masa
tua ini saya merasa takut dan gelisah dengan agama yang saya yakini yaitu
kristen protestan. Tidak membawa ketenangan dan ketentraman, sebelum saya
mengenal Islam ini saya meneliti dan membanding-bandingkan kitab-kitab injil
saya dengan kitab yang dulu, ada sisi yang kontradiktif antara satu dan
lainnya, ditambah lagi saya ingin menghabiskan masa tua di tempat kelahiran
saya.
Sebulan
kemudian saya memutuskan untuk pergi
meninggalkan gereja demi niat saya untuk pindah mencari ketenangan hati.
Singkat cerita kami, yaitu saya dan murid saya yang mengantar sampailah di satu
pelosok kabupaten Paser yang mayoritas 90 prosen adalah penganut paganisme dan
animisme, namun selama puluhan tahun ditinggalkan ada sedikit berbeda, ada
beberapa orang yang masuk agama Islam diantaranya mantan mertua yaitu bapak
istri saya ketiga ternyata sudah menjadi
muslim.
Seperti biasa
di pagi hari saya selalu berkeliling untuk berolahraga, sengaja saya melewati
rumah bekas istri saya karena penasaran kami berdiskusi dan berdialog dengan
mereka, padahal dulu mereka adalah orang-orang yang nakal dan brutal namun ada
perubahan drastis dengan sikap perilaku dan penampilan yang islami.
Tuan Syaikh
Abdurozzaq desa kami desa terisolir dan jauh dari keramaian, selama puluhan
tahun tidak ada da’i atau ustadz yang masuk ke pedalaman, lalu saya tanyakan
kepada mereka apa yang menyebabkan mereka masuk Islam? Mereka bercerita ada
seorang pemuda jawa yang datang dari kota kecamatan selalu datang membawa alat
penghisap darah penyakit dan mengamalkan agamanya, karena keramahan dan budi
pekerti yang baik mereka belajar, dari mulai 2 keluarga yang masuk Islam hingga
30 keluarga (setara 40 orang dewasa 18 anak kecil) yang belajar tentang agama
Islam.
Selesai
berdialog mereka memberi buku kecil berjudul “Sebab-Sebab Kebahagiaan” karya
Syaikh Abdurozzaq dan buku Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Sampai di
rumah sebelum tidur saya membaca dan merenungi tiap makna dari lembaran buku
itu, entah kenapa badan saya merinding, dada bergemuruh karena takjub dengan
penjelasan kebahagiaan yang saya cari selama ini.
Puluhan tahun
saya berkhotbah di hadapan jamaah, baru kali sekarang saya mendapat suatu kata
indah walaupun ada beberapa yang kurang dimengerti dalam bahasanya tapi saya
faham akan maksud dan tujuan si penulis.
Keesokan
harinya saya bertemu dengan teman-teman di desa untuk menanyakan kapan pemuda
itu kembali akan datang? ternyata hari itu mereka sudah ada janji untuk
menjemput lewat sungai karena daratan berlumpur setelah hujan lebat.
Setelah ketemu
kami yaitu saya mengutarakan niat saya untuk memeluk agama Islam maka dengan
keyakinan yang kuat saya mengucapkan syahadat di hadapan 8 laki-laki dewasa dan
4 wanita walaupun agak sulit karena saya belum terbiasa dan tidak bisa maka
saya dituntun untuk membaca “Laailaha illallah Muhammad Rasulullah”.
Pemuda tadi
memegang erat tangan saya dan memeluknya tubuh ini dengan haru lalu dia ucapkan
“Bapak sekarang menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak
dengan jaminan Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya
kita akan bertemu di surga”
Setelah itu
kami berbincang dan berbagi pengalaman, dan saya tanyakan kepada pemuda ini
dimana saya bisa bertemu dengan penulis ini buku, sambil menunjukkan buku yang
saya bawa. Ternyata pemuda ini pun belum pernah bertemu atau melihat langsung
Syaikh Abdurrozzaq, dia hanya mendengar suara di radio swasta sebelum dia
merantau ke Kalimantan, bahkan bila ada kunjungan penulis buku ini dia tidak
bisa hadir karena kemampuannya untuk datang ke Jakarta.
Dua minggu
kemudian dia datang kembali membawa buku-buku pelajaran cara praktis membaca
al-Quran dan papan tulis, sekaligus memberi kabar gembira bahwa Syaikh
Aburrozzaq akan datang bulan Februari di Jakarta tahun 2012, maka saya katakan
ke padanya “Mari kita berangkat ke Jakarta, masalah ongkos saya yang akan
tanggung, bawa juga keluargamu”. Namun dia menolak dengan alasan bahwa dia
mengajarkan agama bukan karena harta dan iming-iming materi dunia, tapi saya
bersikeras untuk memberi dia uang. Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini
hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para
jamaah setiap minggu.
Akhirnya dia
menerima dan membelikan tiket untuk keberangkatan kami di bulan Februari 2012
bersama keluarganya.
Sejak saat itu
kami belajar dan saya pun belajar dengan sungguh-sungguh akan kebaikan Islam,
umumnya di suku kami tidak ada paksaan untuk memeluk agama lain karena
perbedaan agama boleh asal jangan mengganggu adat istiadat yang ada di desa
kami yang mayoritas hindu paganisme.
Di pagi hari
badan saya sakit semua, hernia kambuh dan seluruh kaki terasa berat digerakkan,
dengan bantuan tetangga dibawa ke poliklinik terdekat lalu saya diobati dengan
obat-obatan seadanya karena klinik kampung yang ada di desa tidak ada petugas
yang jaga itupun yang mengobati adalah bidan kampung/dukun anak.
Seminggu
kemudian pemuda ini datang dan berniat untuk menjemput saya ke rumahnya serta
tinggal beberapa hari di rumah samping mushola, namun takdir berkata lain
jangankan untuk jalan, berdiripun tak mampu. Pemuda ini membacakan beberapa
do’a dan dia meminta madu dan air serta
diminumkan kepada saya, sore harinya saya agak membaik, bisa jalan
tertatih-tatih, saya minta ijin tidak hadir dalam pengajian iqro dan ia pun
mengerti.
Saya
mengatakan kepadanya bahwa saya tidak bisa bertemu atau datang ke jakarta, sampaikan
salam dan tolong tuliskan rasa terima kasih kepada Syaikh Abdurozzaq, saya akan
ke rumah teman yang ada di kabupaten untuk melihat tayangan langsung, kebetulan
dia mempunyai parabola. Akhirnya pemuda ini berangkat bersama keluarganya ke
jakarta, ada seorang ibu yang menitipkan barang untuk Syaikh berupa tas karena
kecintaan beliau kepada tuan Syaikh Abdurrozzaq.
Hari minggu 19
februari 2012, hari itu saya sangat senang melihat wajah anda Syaikh
Abdurrozzaq, walaupun ada gangguan dan sinyal yang buruk tapi ada pelajaran
yang bisa diambil “bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan
perintah-perintah-Nya”. Saya ingin sekali mendengar tapi suara, gambar dan
tayangannya tersendat-sendat, sehingga waktu itu saya jadi berfikir kenapa saya
tidak memaksakan berangkat ke jakarta.
Tuan Syaikh
Aburrozzaq sejak itu pula saya mulai mengerti arti kehidupan dalam pandangan
Islam bahwa dunia hanya sementara sedangkan akhirat kekal dan abadi.
Ada kejadian
yang membuat saya miris dan sedih, pemuda tadi dicegat dan diinterogasi oleh
sebagian aparatur desa, yang ironisnya mereka adalah muslim, mereka menganggap
pemuda ini mengajarkan ajaran menyimpang karena itu dia tertahan dan tidak bisa
mengajar lagi, lalu datanglah saudara kami “Maris” salah satu tokoh yang masuk
Islam dia menjelaskan kepada aparatur desa bahwa dia hanya mengajarkan baca
tulis al-Quran.
Dua bulan tiga
bulan sampai satu tahun dia tidak pernah datang lagi, apalagi setelah kami
warga muslim ikut-ikutan ritual belian (pemanggilan roh-roh halus), mau tidak
mau, suka atau tidak suka kami harus mengikutinya adat-istiadat karena ini
solidaritas suku.
Tuan Syaikh
Abudrrozzaq pemuda ini tidak pernah datang lagi, kami memaklumi dan mengerti
dia membutuhkan perubahan dari kami dan juga perjuangan untuk melawan adat tapi
kami tidak mampu, dan lagi beliau juga perlu penghasilan untuk keluarga semoga
Allah memudahkan urusan pemuda ini.
Tuan Syaikh
Abdurrozzaq semoga dengan tulisan ini dan sampainya tulisan ini di hadapan anda
semoga ada da’i atau ustadz yang mau ke tempat kami, dulu waktu kami menjadi
misionaris kami bisa ke pelosok-pelosok tapi umat Islam yang kata anda rahmat
semesta alam tidak ada yang bertahan ke pedalaman. Maka disisa umurku ini saya
berharap bisa bertemu di surga kelak. Saya mempunyai penyakit kronis bisa saja
setelah ini Allah mencabut nyawa saya, sekali lagi terimakasih untuk anda dan
Islam.
Abdurrahman
al-Islami
Muara Andeh,
15 Agustus 2014
Beberapa
faidah yang bisa dipetik dari surat mulia ini :
1. Betapa
banyak orang terhalangi untuk masuk Islam karena menganggap Islam adalah agama
yang sulit dan rumit. Padahal kita tahu bahwasanya Islam adalah agama yang
sederhana, jika dibersihkan dari seluruh bid'ah, syirik, khurofat, dan
takhayyul maka sungguh Islam adalah agama yang sangat simpel dan mudah.
Akan tetapi
sering kali gambaran Islam sampai kepada non muslim dengan gambaran yang
keliru.
2.
Kontradiktif yang terdapat dalam Injil merupakan sebab penting yang menjadikan
bekas pendeta ini masuk Islam, karena hal ini menimbulkan keraguan terhadap
ajarannya, padahal ia seorang pendeta. Maka perlu kita menjelaskan kontradiktif
Injil kepada kaum Nashrani, semoga mereka dibukakan hatinya oleh Allah untuk
memeluk Islam.
3. Berdakwah
dengan akhlak, keramah-tamahan, serta budi pekerti yang baik merupakan daya
tarik terbesar bagi non muslim untuk mengenal Islam. Sebagaimana yang
ditunjukkan oleh sang pemuda tersebut tatkala berdakwah di pedalaman.
4. Islam yang
benar akan merubah perilaku pemeluknya secara drastis, sebagaimana yang
dituturkan oleh bekas pendeta, bahwasanya kerabatnya dahulu brutal namun
setelah masuk Islam berubah menjadi berperangai mulia.
Inilah bedanya
orang yang masuk Islam karena belajar –sehingga mempengaruhi perilakunya-,
dengan orang yang masuk Islam hanya ikut-ikutan, atau keturunan, namun tidak
dibarengi dengan mempelajari Islam.
5. Bekas
pendeta ini puluhan tahun berkhotbah di hadapan jama'ahnya untuk mengajarkan
kebahagiaan kepada mereka, akan tetapi ia sendiri tidak merasakan kebahagiaan
tersebut. Ia sendiri sedang mencari kebahagiaan. Ternyata ia menemukan hakekat
kebahagiaan melalui buku Asy-Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh.
6. Seorang
yang menyatakan masuk Islam maka harus kita sambut dengan penuh kebahagiaan dan
memberi optimisme kepada dirinya. Sungguh perkataan sang dai muda tersebut
sangat mengena di hati bekas pendeta. Tatkala sang pendeta masuk Islam, maka
dipelulah dengan haru oleh sang pemuda seraya berkata “Bapak sekarang menjadi
saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan Allah, bahwa
dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan bertemu di surga”
7. Diantara
pernyataan indah Syaikh Abdurrozzaq yang selalu diingat oleh sang pendeta yaitu
"Bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan
perintah-perintah-Nya"
8. Pendeta ini
memberi informasi bahwa dakwah sang pemuda ke pedalaman ternyata dihalangi oleh
orang-orang Islam sendiri.
Setelah saya
menghubungi sang pemuda, maka sang pemuda itu bercerita bahwa yang
menghalanginya adalah orang-orang Islam yang tidak suka dengan dakwah sunnah
yang tidak menyetujui adat-adat yang tidak benar.
9. Diantara
harapan mantan pendeta Abdurrahman al-Islami, yaitu agar para dai menyempatkan
diri berdakwah di pedalaman. Karena kaum misionaris rela berjuang berdakwah
berpuluh-puluh tahun untuk mengajarkan kekufuran dan kesyirikan di
pedalaman-pedalaman.
Bahkan
diantara informasi yang disampaikan oleh sang pemuda kepada saya melaui WA
bahwasanya gerakan syi'ah pun telah sampai ke pedalaman. Berikut isi WA
tersebut :
((Pak Robert
buatkan busur dan panah, (sebagai) hadiah yang akan diberikan untuk syaikh bila
tiba ke Jakarta. Di Kutai Barat waktu beliau menjabat sebagai (Ketua) Forum
Kerukunan Pelayanan Tuhan –sejenis persekutuan gereja-, (beliau) pernah
didatangi kunjungan Islam Iranian Corner dan Ixxbx. Mereka datang katanya untuk
misi pendidikan. Ketika ditanyakan maka mereka banyak menjelek-jelekan Arab
Saudi dan Sunni. Lalu beliau nanya sama ana, Islam apa mereka?, ana bilang
mereka syi'ah…, ana kisahkan kekejian mereka terhadap Islam dan foto-foto
pembantaian…dari internet.
Beliau nanya
sama ana, apakah di Mekkah dan Madinah akan diserah Syi'ah?. Ana bilang nggak
tahu…
Karena beliau
piawai membuat peralatan perang maka beliau berinisiatif buat panah dan busur
untuk Syaikh, katanya untuk jaga-jaga dari Syi'ah…))
10. Pemuda
yang gigih dalam berdakwah –semoga Allah menjaga keikhlasannya dan menambah
semangatnya dalam berdakwah-
Alhamdulillah
saya telah berkomunikasi langsung dengan pemuda da'i ini, dan ada beberapa
informasi yang bisa saya sampaikan, diantaranya :
- Pemuda ini
sudah bertahun-tahun berdakwah di pedalaman, ia sendiri berasal dari suku
Sunda, akan tetapi ia bertekad untuk berdakwah di pedalaman Kalimantan. Bahkan
mendakwahi suku asli Kalimantan, yaitu suku Dayak.
- Alhamdulillah
ia sekarang bersama istrinya sedang mengasuh pondok kecil-kecilan dengan jumlah
santri 160 santri-santriwati kecil. Disamping itu ada sekitar 40 orang muallaf
dewasa yang ia didik. Berikut WA yang ia kirimkan kepada saya : ((Ustadz, afwan
sebelumnya, surat yagn dtitip dari pak Robert/Abdurrahman untuk Syaikh
sebenarnya sudah lama sekali. Sebulan setelah beliau wafat surat itu bari kami
tahu dari tumpukan buku di rumahnya. Itupun kami tahu dari saudar beliau yang
non muslim, bahwa pak Robert rahimahullah mau titip surat untuk ana. Ala kulli
haal, beliau (pak Robert) ingin sekali bertemu Syaikh, beliau memesan buku-buku
Syaikh dan tulisannya. Dan yang paling beliau suka adalah buku "Perjalanan
dari Madinah ke Rodja" yang ditulis antum.
Ana ingin
ngasih surat ke antum tapi qodarullah waktu dan kondisi ana yang tidak
memungkinkan. Jangankan ke Jakarta, ke Balikpapan aja ana gak sempat ustadz.
Ana berdua bersama istri mengajar lebih 160 anak dan 40 muallaf, kalau ana
tinggal maka nggak ada yang ngajarin mereka))
- Dari tuturan
sang pendeta, ternyata pemuda ini tatkala berdakwah sama sekali tidak berharap
upah. Bahkan tatkala ditawarkan untuk diberi ongkos ke Jakarta oleh sang
pendeta, maka iapun dengan tegas menolak dengan menyatakan bahwa ia tidak
berharap dunia. Akan tetapi suku Dayak yang menerima dakwahnya tetap memberikan
rasa terima kasih mereka kepada sang pemuda dengan memberikan sekedarnya yaitu
berupa ikan dan pisang.
Tutur mantan
pendeta "Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini hanya digaji dengan
ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para jamaah setiap
minggu"
- Pemuda ini
mengaku kepada saya bahwasanya ia tidak bisa berbahasa Arab, sehingga tatkala
sampai di tabligh Akbar Syaikh Abdurrozaq ia tidak kuasa dan tidak mampu untuk
berbicara dengan Syaikh. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menyampaikan
dasar-dasar Islam dan iqro' maka tidak harus menunggu menjadi Ustadz
berkaliber. Yang penting adalah tekad yang kuat dalam berdakwah, dengan tetap
menyadari kekurangan ilmu yang ada. Lihatlah pemuda ini, ia tidak angkuh dengan
banyaknya orang masuk Islam karena dakwahnya, bahkan ia mengakui di hadapan
saya bahwa ia tidak bisa berbahasa Arab tanpa malu-malu.
- Pemuda ini
meskipun memiliki ilmu seadanya akan tetapi ia mengerti betul bahwa dakwah
bukanlah sarana untuk mencari dunia dan kekayaan. Bahkan ia sendiri kekurangan
dana untuk menjalankan pondoknya. Diantara keluhannya kepada saya, ia
kekurangan dana untuk menyunat orang-orang yang baru masuk Islam, sehingga
masih banyak muallaf yang belajar dengannya belum disunat.
- Pentingnya
ilmu, lihatlah pemuda ini langsung mengajarkan iqro' kepada para muallaf.
Akhirnya,
semoga Allah merahmati Abdurrahman Al-Islami, memafkan dosa-dosanya, dan
memasukannya ke dalam surgaNya. Dan semoga Allah membalas jasa Asy-Syaikh
Abdurrazzaq yang dengan sebab buku beliau maka Robert pun berubah menjadi
Abdurrahman. Semoga Allah menambah kehikhlasan Syaikh Abdurrazzaq dan menjaga
beliau dalam memperjuangkan dakwah Sunnah di Kota Madinah dan juga di tanah
air. Dan semoga Allah membalas jasa sang Pemuda yang telah berjuang keras
berdakwah di pedalaman suku Dayak dengan segala keterbatasan dan kekurangan
sarana dan prasarana. Semoga akan banyak dai-dai yang mengikuti jejak langkah
kaki beliau.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
-----
Ingin pahala jariyah yang terus mengalir? Mari bergabung untuk menyebarkan dakwah sunnah dan dan islam yang murni bersama Kajian Al-Amiry. Kirim donasi anda ke salah satu rekening di bawah ini:
- Bank BCA No Rek 3000573069 a/n: Muhammad Abdurrahman
- Bank BNI No Rek 0360066890 a/n: Muhammad Abdurrahman
Donasi yang diberikan akan digunakan untuk kelancaran dakwah kita bersama. Dan dukungan anda insya Allah akan semakin memperkuat dakwah sunnah di atas bumi Allah.
Nb: Mohon lakukan konfirmasi ke email: webkajianalamiry@gmail.com atau ke nomor 082282012864 jika bapak/ibu telah mengirimkan donasi.

0 komentar:
Posting Komentar