Serial Fikih (5) : Sunnah Fitrah Khitan Bagi Lelaki Dan Wanita
Maksud dari sunnah fitrah adalah sebagaimana yang
disebutkan oleh Imam Asy-Syaukani -rahimahullah-:
هي السنة القديمة التي اختارها
الأنبياء واتفقت عليها الشرائع فكأنها أمر جبلي ينطوون عليها
“Dia adalah
sunnah terdahulu yang dipilih oleh para nabi dan semua syariat sepakat atasnya.
Seakan ia adalah perkara tabiat yang mana manusia difitrahkan di atasnya.”
(Nail Al-Authaar 1/141)
Apa saja
sunnah fitrah yang disebutkan oleh Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam-?
Dan di antara
sunnah fitrah yang dijelaskan oleh beliau adalah:
خمس من الفطرة: الختان، والاستحداد،
ونتف الإبط، وتقليم الأظفار، وقص الشارب
“5 hal termasuk
sunnah fitrah: Berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak,
memotong kuku, dan memotong bulu kumis.” (HR. Bukhari no. 5889 dan Muslim no.
257)
Dalam riwayat
lain, beliau bersabda:
عشر من الفطرة: قص الشارب، وإعفاء
اللحية، والسواك، واستنشاق الماء، وقص الأظفار، وغسل البراجم، ونتف الإبط، وحلق
العانة، وانتقاص الماء
“10
hal termasuk sunnah fitrah: Mencukir kumis, memelihara jenggot, bersiwak,
istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung ketika berwudhu), memotong kuku, dan
mencuci sela-sela jari, dan mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan,
dan beristinja’.” (HR. Muslim no. 261)
1-
Khitan
Khitan adalah
sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah-:
أَن يقطع الرجل الْجلْدَة الَّتِي على
الْحَشَفَة حَتَّى تنكشف جَمِيعهَا وَأما الْمَرْأَة فقطع الجلدة في أعلى الفرج
“Seorang
lelaki memotong kulit yang ada di atas kepala zakar sehingga semua kepala zakar
terbuka. Adapun wanita maka dengan memotong kulit yang ada di atas kemaluannya.”
(Tuhfah Al-Maulud hal. 191 dengan sedikit perubahan)
Hukum khitan
bagi lelaki dan wanita
- Hukum
khitan untuk lelaki
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اختتن إبراهيم عليه السلام وهو ابن
ثمانين سنة بالقدوم
“Ibrahim
alaihissalam berkhitan dengan menggunakan qaduum sedangkan beliau berumur 80
tahun” (HR. Bukhari no. 3356 dan Muslim no. 2370)
Sehingga khitan
adalah millah nabi Ibrahim -alaihissalam-, sedangkan kita diperintahkan oleh
Allah untuk mengikuti millah nabi Ibrahim. Allah ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ
اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Dan kami telah
wahyukan kepadamu untuk mengikuti millah Ibrahiim yang lurus dan tidaklah
sekali-kali dia melakukan kesyirikan” (QS. An-Nahl: 123)
Kemudian khitan
adalah sesuatu yang difitrahkan untuk manusia sebagaimana yang telah kita
sebutkan haditsnya di atas mengenai sunnah-sunnah fitrah.,
Dan Rasulullah -shallallahu
alaihi wa sallam- juga bersabda kepada seseorang yang baru masuk islam:
أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ
وَاخْتَتِنْ
“Buanglah darimu
rambut kekufuran dan berkhitanlah” (HR. Abu Daud no. 356; Hasan
sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Albani)
Dari dalil-dalil
diatas, maka para ulama sepakat menyatakan bahwa hukum khitan adalah wajib bagi
para lelaki karena dia adalah syi’ar kaum muslimin dan nabi memerintahkan
khitan untuk lelaki yang baru masuk islam. Namun dalam permasalahan hukum
khitan bagi wanita masih diperselisihkan oleh para ulama apakah wajib atau
sunnah.
-
Hukum khitan bagi wanita
Pertama: Semua
para ulama sepakat bahwasanya wanita disyariatkan untuk melakukan khitan. Hal
tersebut karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para
wanita untuk berkhitan.
Beliau bersabda
untuk wanita Anshar.
واختفضن ولا تنهكن، فإنه أحظى لإناثكن
عند أزواجهن
"Berkhitanlah
kalian wahai para wanita akan tetapi jangan terlalu berlebihan dalam berkhitan.
Sesungguhnya hal tersebut lebih disukai oleh para wanita di sisi suami-suami
mereka" (HR.Baihaqi no. 8279; dha’if sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ibnu Al-Qatthan)
Dalam riwayat
lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اخفضي، ولا تنهكي، فإنه أنضر للوجه،
وأحظى عند الزوج
"Berkhitanlah
namun jangan terlalu berlebihan dalam berkhitan. Sesungguhnya dia lebih membuat
wajah berceria dan lebih dicintai oleh suami" (HR. Thabrani no. 8137; dha’if
sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Daqiq Al-‘Ied)
Kedua: Namun mereka
berbeda pendapat, "Apakah syariat khitan untuk wanita adalah wajib ataukah
sunnah". Walaupun mereka semua sepakat bahwasanya khitan bagi wanita
disyariatkan.
- Sebagian para ulama berpendapat hukum khitan bagi wanita adalah wajib. Karena
keumuman dalil diatas dan karena pada asalnya lelaki dan wanita hukumnya sama
kecuali ada dalil yang membedakan.
Maka dari itu
Imam Nawawi rahimahullah dari kalangan syafi’iyyah mengatakan:
والمذهب الصحيح المشهور الذى نص عليه
الشافعي رحمه الله وقطع به الجمهور انه واجب على الرجال والنساء
“Dan madzhab
yang benar yang masyhur yang mana dinashkan oleh Imam Syafi’i rahimahullah dan
diputuskan oleh jumhur ulama, bahwa khitan adalah wajib bagi lelaki dan wanita”
(Al-Majmu’ 1/301)
- Sebagian
ulama lain berpendapat bahwasanya khitan adalah sunnah. Karena ada syari’atnya
namun tidak sampai kepada hukum wajib. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
إذا جلس بين شعبها الأربع، ثم جهدها
فقد وجب الغسل
“Jika
seseorang lelaki duduk diantara empat anggota badan istrinya, lalu dua khitan
(kemaluan) saling bertemu, maka wajib
mandi” (HR. Bukhari no. 291 dan Muslim no. 348)
Dalam hadits
diatas Rasulullah menyebutkan 2 kemaluan dengan 2 khitan, berarti wanita
disyariatkan untuk berkhitan. Namun syariat itu hanyalah sunnah dan bukan
wajib, mengapa?
- Lelaki
berkhitan untuk menghilangkan najis yang tertinggal di kulit dzakarnya sehingga
diwajibkan khitan atasnya karena berkaitan dengan syarat sahnya shalat. Bahkan
Imam Malik rahimahullah sangat keras dalam masalah ini sampai beliau berkata
sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnul Qayyim:
من لم يختتن لم تجز إِمَامَته
“Barangsiapa
yang tidak berkhitan maka tidak boleh dia menjadi imam shalat” (Tuhfah
Al-Maudud Fii Ahkaam Al-Mauluud 1/162)
- Perempuan
berkhitan untuk mengurangi syahwatnya yang berlebih. Sehingga tidak diwajibkan
dan hanya sunnah.
Syaikh Ibnu
Utsaimin rahimahullah berkata:
وأما في حَقِّ المرأة فغاية فائدته:
أنه يُقلِّل من غُلمتِها، أي: شهوتها، وهذا طلب كمال، وليس من باب إِزالة الأذى
“Dan adapun
khitan bagi perempuan maka tujuan besarnya adalah: untuk mengurangi syahwatnya,
dan ini hanyalah mencari kesempurnaan dan bukan untuk membuang najis”
(Asy-Syarhu Al-Mumti’ 1/165)
Sehingga Ibnu
Qudamah rahimahullah dari kalangan hanabilah berkata:
فَأَمَّا الْخِتَانُ فَوَاجِبٌ عَلَى
الرِّجَالِ، وَمَكْرُمَةٌ فِي حَقِّ النِّسَاءِ، وَلَيْسَ بِوَاجِبٍ عَلَيْهِنَّ.
هَذَا قَوْلُ كَثِيرٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ
“Adapun khitan
maka hukumnya wajib bagi lelaki dan disunnahkan untuk wanita dan tidak
diwajibkan untuk wanita. Dan ini adalah pendapat kebanyakan para ulama”
(Al-Mughni 1/64)
Kesimpulan: Maka
sah-sah saja bagi seseorang yang berpendapat bahwa hukum khitan adalah wajib
bagi wanita dengan sisi pendalilan debagian para ulama, dan sah pula bagi siapa
saja untuk berpendapat bahwa khitan adalah sunnah bagi wanita dan tidak wajib
dengan sisi pendalilan ulama yang lain.
Adapun saya
pribadi, maka saya condong kepada pendapat para ulama yang menyatakan bahwa
khitan adalah sunnah bagi wanita dan tidak diwajibkan. Walau begitu, sudah
seharusnya kita melakukan hal yang sunnah tersebut, terlebih khitan adalah
kebaikan besar untuk putri kita sendiri. Allahu a’lam dan semoga bermanfaat.
Semoga yang
sedikit ini bermanfaat, wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.
Penulis: Ustadz Abdurrahman
Al-Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian
Al-Amiry)
----------
Ingin pahala jariyah? Mari
berinfak untuk pengembangan dakwah Kajian Al-Amiry melalui rekening:
BNI Syariah: 0605588960 a.n Yayasan Kajian Al Amiry (Kode bank: 009)
Anda diperkenankan untuk
menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di
alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.

0 komentar:
Posting Komentar