Agama Bukan Untuk Guyonan Di Podium
Tegak di Podium dengan gagah dan suara lantang mengundang
decak dan tawa. Materi yang disampaikan pun tak tanggung-tanggung karena agama
dan ummatnya yang harus dibawa. Apa akan terasa hambar jika agama tak menjadi bahan
olokan maupun canda dan tawa?
Menjaga lisan tak perlu menunggu ummat murka terlebih
dahulu. Dan bertutur santun tak harus menghina agama terlebih dahulu. Jangan salahkan
orang jika kau risau setelah agama menjadi olokanmu, karena kau jual maka orang
beli, dan kau undang maka orang datang.
Kami ummat islam, selalu dididik untuk tidak menghina
agama orang lain. Kami ummat islam, selalu diajari untuk bertutur baik dalam
bergaul dengan pelbagai ummat. Karena kami mempelajari sebuah ayat yang sangat
mulia:
وَلَا
تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا
بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Janganlah kamu
mencela orang-orang yang masih menyeru selain Allah (non muslim), karena mereka
akan mencela Allah dengan permusuhan tanpa adanya ilmu” (QS. Al-An’am:
108)
Dan ingat, jika sekumpulan singa sedang tertidur maka janganlah
kau lempari mereka dengan batu. Sayangilah dirimu untuk tidak memposisikan diri
sebagai santapan raja hutan itu. Beruntunglah dirimu karena ummat yang kau olok
adalah ummat yang berhati lapang dan jiwa penuh sabar. Namun kau harus tahu
bahwa sabar itu sendiri juga memiliki kapasitas maupun batas. Maka jangan kau
lampaui batas itu.
Pelajaran yang dapat kita petik, berpikirlah sejenak
sebelum mengeluarkan setiap kalimat yang tersusun di otak. Itulah kenapa kita
harus pintar-pintar mengolah kata dan mengatak. Karena tak semua hal itu layak
untuk dituturkan dari apa yang terlintas di benak. Rasulullah –shallallahu
alaihi wa sallam- selalu mengajarkan kepada kita agar berpikir terlebih dahulu dari
setiap perkataan yang berdampak. Beliau –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:
وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله،
لا يلقي لها بالا، يهوي بها في جهنم
“Dan
sesungguhnya seorang hamba jika berucap dengan sebuah kalimat yang dimurkai
oleh Allah namun tidak memipikirkan dampaknya, dia akan jatuh ke dalam neraka
jahannam karena kalimat itu” (HR. Bukhari no. 6478(
Minta maaf kepada orang lain itu bagus. Namun kau tak
mengolok-ngolok orang lain yang berujung kepada permohonan maaf, itu jauh lebih
bagus.
Sudahlah! Mulai sekarang jauhi agama, dan kitab suci,
serta sabda nabi untuk menjadi materi gelak tawa dan bahan istihza’
(penghinaan). Hindarkan sejauh-jauhnya hal itu semua. Jika kau muslim namun
tetap melakukannya, maka kau terancam kepada riddah (pemurtadan). Dan jika kau
non muslim namun tetap melakukannya, maka kau terancam kepada murka. Allah
berfirman:
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ
وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ
كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,
"Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja".
Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok? * Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman."
(QS: At-Taubah: 65-66)
Hal ini ku tulis, karena aku termasuk ummat yang
tersinggung. Ada reaksi karena ada peristiwa. Ada respon karena ada aksi.
Semoga kita selalu dibimbing oleh Allah untuk menjadi hamba yang mana setiap
aksi kehidupannya selalu tertata di atas akhlak yang mulia.
اللهم اهدني
لأحسن الأخلاق، لايهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئها، لا يصرف عني سيئها إلا
أنت
"Ya Allah tunjukilah kepada kami akhlak yang
baik, tidak ada yang menunjukkan kepada kami akhlak yang terbaik kecuali
Engkau. Dan jauhkanlah kami dari akhlak yang buruk, tidak ada yang menjauhkan
kami dari akhlak yang buruk kecuali Engkau" (HR. Ahmad no. 803)
Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.
Penulis: Ustadz Abdurrahman Al-Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al-Amiry)
----------


0 komentar:
Posting Komentar