Apakah Pala Rempah Halal Atau Haram?
Pala sering dijadikan untuk penyedap makanan namun pala memiliki
kandungan zat yang dapat memabukkan. Dan pala sudah dikenal sejak dulu kala
untuk berbagai kebutuhan. Maka dari itu sejak dahulu kala pula, pala sudah
dibahas oleh banyak para ulama akan kehalalan dan keharamannya.
Sangat banyak di antara para ulama yang mengharamkan pala, dan bahkan
mayoritas di antara kalangan ulama berpendapat akan keharamannya.
1. Keharaman pala dilandaskan oleh sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam:
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ
“Setiap yang memabukkan maka dia khamr, dan setiap yang memabukkan
hukumnya haram” (HR. Muslim no. 2003)
2. Bagaimana jika kadar pala yang digunakan untuk penyedap makanan hanya
sedikit saja? Maka jawaban yang benar adalah tetap haram walau kadarnya hanya
sedikit. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:
ما أسكر كثيره، فقليله حرام
“Apa yang jumlah banyaknya memabukkan, maka jumlah sedikitnya pun haram”
(HR. Abu Daud no. 3681; shahih)
Sehingga jika dengan kadar banyaknya sesuatu hal bisa memabukkan, maka
kadar sedikitnya pun haram untuk dikonsumsi.
3. Dan bahkan sangat banyak ulama yang mengharamkan pala, kita dapat
sebut beberapa ulama dari beberapa madzhab.
- Al-Imam ‘Alauddin Al-Hanafi (ulama dari kalangan madzhab hanafi)
rahimahullah berkata:
وكذا تحرم جوزة الطيب لكن دون حرمة الحشيشة
“Dan begitu juga pala diharamkan namun dia di bawah tingkat keharaman
ganja” (Ad-Durr Al-Mukhtar hal. 678)
- Ibnu Hajar Al-Haitami (ulama dari kalangan madzhab syafi’i)
rahimahullah berkata tentang pala:
فأجبت بقولي الذي صرح به الإمام المجتهد شيخ الإسلام
ابن دقيق العيد إنها مسكرة ونقله عنه المتأخرون من الشافعية والمالكية واعتمدوه
وناهيك بذلك بل بالغ ابن العماد فجعل الحشيشة مقيسة على الجوزة المذكورة
“Maka aku jawab dengan perkataanku yang juga dinyatakan dengan jelas
oleh Al-Imam Al-Mujtahid syaikhul islam Ibnu Daqiq
Al-‘Ied bahwasanya dia memabukkan dan ini juga dinukil pula oleh para
ulama muta’akhhirin dari kalangan madzhab Syafi’i
dan Maliki dan mereka bersandar kepadanya. Dan bahkan Ibnu Al-‘Imad berlebihan
dalam hal ini dengan menjadikan ganja diqiyaskan (dianalogikan) dengan pala
yang telah disebutkan tadi” (Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubraa 4/229)
Beliau juga mengatakan:
وقد وافق المالكية والشافعية على إسكارها الحنابلة
بنص إمام متأخريهم ابن تيمية وتبعوه على أنها مسكرة
“Dan para ulama dari kalangan madzhab imam Ahmad menyepakati para ulama
dari madzhab Imam Malik dan Imam Syafi’i dan itu dengan nash imam ulama
muta’akhhir mereka yaitu Ibnu Taimiyyah dan merekapun
mengikuti beliau bahwasanya dia memabukkan” (Idem 4/230)
Dan Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah melanjutkan:
فثبت بما تقرر أنها حرام عند الأئمة الأربعة الشافعية
والمالكية والحنابلة بالنص والحنفية بالاقتضاء أنها إما مسكرة أو مخدرة
“Maka terbukti dari apa yang telah tertetapkan bahwa pala hukumnya haram
di sisi para ulama 4 madzhab; Syafi’iyyah, Malikiyyah, dan Hanabilah secara
nash (teks), dan Hanafiyyah secara konsekuensi bahwasanya pala itu termasuk
memabukkan atau menghilangkan akal” (Idem 4/230)
3. Mungkin ada yang bertanya, “Jika benar pala adalah dzat yang
memabukkan dan haram, bukankah warna, rasa, dan baunya akan hilang jika
dicampur dengan makanan sehingga dia menjadi suci dan halal? Seperti sumur
budha’ah di zaman nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan air laut maupun sungai
yang banyak kotorannya namun tetap dihukumi suci?!”
Jawab: Justru pala menambah aroma dan rasa pada makanan yang kita masak,
bukan malah hilang bau dan rasanya. Menurut saya, kurang tepat jika masak
menggunakan pala diqiyaskan dengan air laut yang dilemparkan di dalamnya
benda-benda yang najis namun tetap suci. Karena bau atau benda najis jika
dibuang ke air laut, maka akan hilang bau, warna, dan rasanya. Berbeda dengan
pala yang justru menambah rasa dan aroma wanginya. Allahu a’lam bis showab.
Mungkin ini yang dapat saya paparkan, wa shallallahu alaa nabiyyinaa
Muhammad.
Penulis: Ustadz Abdurrahman Al-Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al-Amiry)
----------
Keyword: Pala Haram, Apakah Pala Halal Atau Haram


0 komentar:
Posting Komentar