Ringkasan Sejarah Islam #2: Dibelahnya Dada Rasulullah
Tahun 49 SH / 575 M
Pada tahun ini, dada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dibelah oleh malaikat Jibril alaihissalam.
Disebutkan dalam hadits yang shahih, Anas bin Mâlik radhiyallahu anhu berkata:
أَنَّ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ، فَشَقَّ
عَنْ قَلْبِهِ، فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً، فَقَالَ:
هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ، ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ
زَمْزَمَ، ثُمَّ لَأَمَهُ، ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ، وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ
إِلَى أُمِّهِ - يَعْنِي ظِئْرَهُ - فَقَالُوا: إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ،
فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ "، قَالَ أَنَسٌ: وَقَدْ
كُنْتُ أَرَى أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ
“Bahwasanya
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam didatangi oleh Malaikat Jibril, dan
beliau sedang bermain dengan anak-anak kecil. Maka Jibril mengambil beliau dan
mensungkurkannya, serta membelah dada beliau. Jibril pun mengeluarkan jantung beliau
dan mengeluarkan segumpal darah darinya. Dan Jibril berkata: ‘Ini adalah bagian
syaithan dari tubuhmu’. Kemudian Jibril mencuci jantung beliau di sebuah wadah
dari emas dengan menggunakan air zam-zam kemudian Jibril mengumpulkannya
kembali dan meletakkannya pada tempat semula. Dan anak-anak kecil pun segera
berlari menuju ibu-ibu mereka. Mereka mengataka: ‘Sesungguhnya Muhammad telah
dibunuh.’ Maka mereka semua segera menjumpai Rasulullah dan beliau dalam
keadaan pucat. Anas berkata: ‘Aku telah melihat bekas jahitan yang ada pada
dada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam” (HR. Muslim no. 261)
Pelajaran
yang dapat dipetik:
1.
Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah dilindungi dan dijaga oleh
Alla ta’ala sejak kecil sebelum beliau shallallahu alaihi wa sallam diutus
menjadi Nabi dan Rasul. Sehingga beliau tidaklah pernah gila ataupun diberikan
was-was ataupun bisikan oleh syaithan.
Al-Imâm
Ibnu Hajar Al-Asqalâni rahimahullah berkata:
وَكَانَ هَذَا
فِي زَمَنِ الطُّفُولِيَّةِ فَنَشَأَ عَلَى أَكْمَلِ الْأَحْوَالِ مِنَ
الْعِصْمَةِ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Dan hal ini (pembelahan dada Rasulullah) terjadi di masa
kecil beliau. Maka beliau tumbuh dalam keadaan yang paling sempurna berupa kema’shuman
(perlindungan) sehingga terhindar dari syaithan” (Fath Al-Bâri 7/205)
Al-Qâdhi
‘Iyâdh rahimahullah berkata:
واعلم أن الأمة
مجمعة على عصمة النبي صلّى اللَّه عليه وسلّم من الشيطان وكفايته منه لا في جسمه
بأنواع الأذى، ولا على خاطره بالوساوس
“Dan ketahuilah bahwasanya Ummat bersepakat akan kema’shuman
nabi shallallahu alaihi wa sallam dari syaithan dan penjagaan untuk beliau dari syaithan. Baik pada tubuh
beliau berupa gangguan ataupun pikiran beliau berupa was-was” (Imta’ Al-Asmâ’ 11/226)
Maka kita dapatkan beberapa contoh tentang nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang tidak pernah melakukan sebuah kemungkaran
yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah.
- Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menyembah berhala baik
patung Lât dan Uzzâ. Urwah bin Zubair radhiyallahu anhu berkata:
حَدَّثَنِي
جَارٌ، لِخَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ لِخَدِيجَةَ: " أَيْ خَدِيجَةُ، وَاللهِ
لَا أَعْبُدُ اللَّاتَ ، وَاللهِ لَا أَعْبُدُ الْعُزَّى أَبَدًا " قَالَ:
فَتَقُولُ خَدِيجَةُ: خَلِّ اللَّاتَ، خَلِّ الْعُزَّى
“Telah
bercerita kepadaku seorang tetangga dari Khadijah bintu Khuwailid, bahwasa dia mendengar
nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda untuk Khadijah: ‘Wahai Khadijah,
demi Allah Aku tidak pernah menyembah Lât dan demi Allah aku tidak pernah
menyembah Uzzâ selama-lamanya”. Maka Khadijah berkata: ‘Tinggalkanlah Lât dan
tinggalkanlah Uzzâ’” (HR. Ahmad no. 17947 dan dishahihkan oleh Syu’aib Al-Arnâuth)
- Nabi
shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah memakan yang haram. Abdullah bin Umar
radhiyallahu anhuma meriwayatkan:
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَ زَيْدَ بْنَ عَمْرِو بْنِ
نُفَيْلٍ بِأَسْفَلِ بَلْدَحٍ، قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الوَحْيُ، فَقُدِّمَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُفْرَةٌ، فَأَبَى أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا، ثُمَّ قَالَ زَيْدٌ:
إِنِّي لَسْتُ آكُلُ مِمَّا تَذْبَحُونَ عَلَى أَنْصَابِكُمْ، وَلاَ آكُلُ إِلَّا
مَا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ، وَأَنَّ زَيْدَ بْنَ عَمْرٍو كَانَ يَعِيبُ
عَلَى قُرَيْشٍ ذَبَائِحَهُمْ، وَيَقُولُ: الشَّاةُ خَلَقَهَا اللَّهُ، وَأَنْزَلَ
لَهَا مِنَ السَّمَاءِ المَاءَ، وَأَنْبَتَ لَهَا مِنَ الأَرْضِ، ثُمَّ
تَذْبَحُونَهَا عَلَى غَيْرِ اسْمِ اللَّهِ، إِنْكَارًا لِذَلِكَ وَإِعْظَامًا
لَهُ
“Bahwasanya nabi shallallahu alaihi wa sallam berjumpa
dengan Zaid bin Amr bin Nufail di tempat terendah Baldah[1],
sebelum Wahyu diturunkan kepada beliau. Maka nabi shallallahu alaihi wa sallam
dihidangkan sebuah makanan, dan beliau enggan memakannya. Kemudian Zaid
berkata: Sesungguhnya aku tidak memakan apa yang kalian sembelih untuk berhala-berhala
kalian. Dan aku tidak akan memakan kecuali daging yang disebutkan nama Allah
atasnya. Dan bahwasanya Zaid sering mencela Quraisy mengenai sesembelihan
mereka. Dan dia berkata: ‘Kambing diciptakan oleh Allah ta’ala. Dan Allah
menurunkan hujan dari langit untuknya. Dan menumbuhkan tanaman-tanaman dari bumi
untuknya. Kemudian kalian menyembelihnya atas selain nama Allah? Beliau
mengingkari hal tersebut dan menganggap besar hal tersebut” (HR. Bukhari no.
3826)
- Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam tidak pernah terlihat telanjang berbeda dengan orang-orang jahiliyyah.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu bercerita:
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْقُلُ مَعَهُمُ الحِجَارَةَ
لِلْكَعْبَةِ وَعَلَيْهِ إِزَارُهُ»، فَقَالَ لَهُ العَبَّاسُ عَمُّهُ: يَا ابْنَ
أَخِي، لَوْ حَلَلْتَ إِزَارَكَ فَجَعَلْتَ عَلَى مَنْكِبَيْكَ دُونَ الحِجَارَةِ،
قَالَ: «فَحَلَّهُ فَجَعَلَهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ، فَسَقَطَ مَغْشِيًّا عَلَيْهِ،
فَمَا رُئِيَ بَعْدَ ذَلِكَ عُرْيَانًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Bahwasaya Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam memindahkan batu bersama mereka untuk ka’bah dan beliau menggunakan sarungnya.
Maka Abbas paman beliau berkata: ‘Wahai keponakanku, alangkah baiknya engkau
lepaskan sarungmu dan menjadikannya di atas pundakmu untuk menjaga dari batu.’
Maka beliau hendak melepaskan dan meletakkannya di atas Pundak beliau dan
tiba-tiba beliau tersungkur pingsan. Maka tidak pernah lagi beliau terlihat
dalam keadaan telanjang shallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 364)
2. Bahwasanya terkadang ada beberapa kejadian yang
tidak masuk akal namun hal tersebut bisa terjadi atas kehendak Allah, terutama
jika hal tersebut terjadi di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Seperti pembelahan dada Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam, mungkin di zaman dulu dianggap mustahil karena tidak mungkin jantung
diambil kemudian orang tersebut masih hidup. Namun hal tersebut bisa dilihat
secara nyata saat ini ketika seorang dokter melakukan operasi, dsb.
Maka dari itu, akal harus tunduk kepada syariat
walaupun akal kita terkadang tidak sampai. Dan ini sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu:
لَوْ كَانَ
الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ
أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
“Seandainya agama itu dibangun di atas akal niscaya
bawah khuff (sepatu kulit) lebih berhak untuk diusap dibandingkan atasnya[2].
Dan aku telah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengusap bagian atas
kedua khuff beliau” (HR. Abu Daud no. 162 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Allahu a’lam bis shawab
Abdurrahman Al-Amiry
Artikel: alamiry.net


0 komentar:
Posting Komentar