Di tengah dunia, di mana martabat manusia seringkali
dilanggar di bawah tekanan peperangan, diskriminasi, dan rasisme, Islam hadir
sebagai sebuah sistem yang paripurna, yang mengangkat derajat manusia dan
mengembalikan kedudukannya yang hakiki. Islam adalah agama yang tidak
menjadikan kemuliaan sebagai hak eksklusif bagi suatu ras, jenis kelamin, atau
warna kulit tertentu. Sebaliknya, Islam memuliakan manusia semata-mata karena
statusnya sebagai "manusia", sejak dari momen ruh ditiupkan ke dalam
dirinya, hingga hak-haknya yang paling mendasar untuk hidup dalam kemuliaan.
Islam telah menetapkan bagi manusia syariat yang menjaga
kehidupannya, melindungi kebebasannya, menghormati akalnya, serta menjamin
kesetaraan dan keadilan baginya. Sejak Allah menciptakan manusia, Dia telah
menjadikannya makhluk yang mulia dan utama dibandingkan banyak makhluk-Nya yang
lain. Dia memberikannya kedudukan agung di alam semesta, bahkan memerintahkan
para malaikat untuk bersujud kepadanya.
Lalu, apa sajakah wujud dari kemuliaan ini? Dan bagaimana
syariat Islam merumuskan sebuah metode yang unik untuk menjaga kemanusiaan
manusia di dunia dan di akhirat? Mari kita temukan jawabannya melalui artikel
ini.
Pertama: Kemuliaan dari Allah bagi Manusia dalam
Penciptaan dan Asal-Usulnya
Bentuk kemuliaan pertama tampak sejak momen penciptaan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan manusia dengan tangan-Nya, meniupkan ruh
dari-Nya ke dalam dirinya, dan memerintahkan para malaikat-Nya untuk bersujud
kepadanya.
Allah Ta'ala berfirman:
{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ
فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ
كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا}
Terjemahan: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra:
70).
Ayat ini merupakan landasan yang tegas mengenai kemuliaan
manusia, yang mencakup seluruh anak cucu Adam.
Mengenai penciptaan Adam, Allah Ta'ala berfirman:
{فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن
رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ}
Terjemahan: "Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya." (QS. Shad: 72).
Dalam menjelaskan sisi lain dari kemuliaan ilahi bagi
manusia saat penciptaannya, Allah Ta'ala berfirman seraya mengingkari Iblis
yang menolak untuk sujud kepada Adam:
{يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ
لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ}
Terjemahan: "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu
sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang lebih
tinggi?" (QS. Shad: 75).
Di antara wujud kemuliaan dalam penciptaan adalah bentuk
fisik yang indah, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
{وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ}
Terjemahan: "...dan membentuk kamu lalu membaguskan
rupamu..." (QS. At-Taghabun: 3).
Dan juga postur tubuh yang tegak sempurna, sebagaimana
firman-Nya 'Azza wa Jalla:
{لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ}
Terjemahan: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4).
Kedua: Kemuliaan dari Allah bagi Manusia dengan
Ditundukkannya Langit dan Bumi
Setelah menciptakan manusia, Allah memuliakannya dengan
nikmat-nikmat agung yang tak terhitung jumlahnya. Di antara nikmat tersebut
adalah ditundukkannya apa yang ada di langit dan di bumi untuk menjadi rezeki
baginya. Salah satunya adalah turunnya air dari langit, air yang darinya Allah
menjadikan segala sesuatu hidup. Allah Ta'ala berfirman:
{وَجَعَلْنا مِنَ الْماءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ}
Terjemahan: "...dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup." (QS. Al-Anbiya: 30).
Allah Ta'ala juga berfirman:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ
السَّماءِ ماءً فَسَلَكَهُ يَنابِيعَ فِي الْأَرْضِ}
Terjemahan: "Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi
sumber-sumber air di bumi..." (QS. Az-Zumar: 21).
Dan firman-Nya Ta'ala:
{الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِراشاً
وَالسَّماءَ بِناءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّماءِ ماءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَراتِ
رِزْقاً لَكُمْ}
Terjemahan: "Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezeki untukmu..." (QS. Al-Baqarah: 22).
Sebagai bentuk kemuliaan bagi manusia, Allah 'Azza wa
Jalla telah menundukkan kerajaan langit—yang mencakup bintang, matahari, dan
bulan—dan menjadikan sistemnya yang menakjubkan bermanfaat bagi manusia,
seperti silih bergantinya malam dan siang, perbedaan musim, suhu, dan lain
sebagainya. Allah Ta'ala berfirman:
{وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهارَ وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّراتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ}
Terjemahan: "Dan Dia menundukkan malam dan siang,
matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu)
dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami." (QS. An-Nahl: 12).
Allah Ta'ala juga berfirman:
{وَسَخَّرَ لَكُمْ ما فِي السَّماواتِ وَما
فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً مِنْهُ إِنَّ فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}
Terjemahan: "Dan Dia telah menundukkan untukmu apa
yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS. Al-Jatsiyah: 13).
Makna dari "penundukan" ini adalah Allah 'Azza
wa Jalla memberikan kemampuan kepada manusia untuk memanfaatkan ciptaan-Nya
dalam aplikasi praktis yang bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupannya.
Ketiga: Kemuliaan Manusia dengan Akal, Kebebasan, dan
Tanggung Jawab
Di antara wujud kemuliaan terbesar adalah Allah
menganugerahkan manusia akal untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk,
serta memberinya kebebasan memilih dan memikul tanggung jawab (taklif), tanpa
memaksanya untuk beriman atau kufur.
Allah Ta'ala berfirman:
{إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا
وَإِمَّا كَفُورًا}
Terjemahan: "Sesungguhnya Kami telah menunjukinya
jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS.
Al-Insan: 3).
Dan sebagaimana firman-Nya:
{لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ
الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ}
Terjemahan: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat." (QS. Al-Baqarah: 256).
Ini menunjukkan penghormatan Islam terhadap kebebasan
berkeyakinan.
Keempat: Kemuliaan Manusia dengan Terjaganya Kehidupan
dan Martabatnya
Islam menjadikan jiwa manusia sebagai sesuatu yang
terhormat dan terlindungi. Membunuh satu jiwa tanpa hak dianggap seperti
membunuh seluruh umat manusia.
Allah Ta'ala berfirman:
{مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ
فَسَادٍ فِي الأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا}
Terjemahan: "Barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya." (QS. Al-Ma'idah: 32).
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menekankan hal ini
dengan sabdanya:
"لَزَوَالُ الدنيا أَهْوَنُ على اللهِ من قَتْلِ
مُؤْمِنٍ بغيرِ حقٍّ"
Terjemahan: "Hancurnya dunia ini lebih ringan di
sisi Allah daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. Ibnu
Majah).
Kelima: Kemuliaan Manusia dengan Kesetaraan dan Keadilan
Islam tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan warna
kulit atau ras. Dasar keutamaan di antara mereka adalah takwa. Manusia itu
setara, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab, tidak pula bagi
orang berkulit putih atas yang berkulit hitam, kecuali dengan takwa. Allah
Ta'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم
مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}
Terjemahan: "Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling takwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat: 13).
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam
Khutbah Wada':
"يا أيُّها الناسُ إنَّ ربَّكمْ واحِدٌ، ألا
لا فضلَ لِعربِيٍّ على عجَمِيٍّ، ولا لِعجَمِيٍّ على عربيٍّ، ولا لأحمرَ على أسْودَ،
ولا لأسودَ على أحمرَ إلَّا بالتَّقوَى، إنَّ أكرَمكمْ عند اللهِ أتْقاكُمْ"
Terjemahan: "Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan
kalian satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab,
tidak pula bagi non-Arab atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi yang
berkulit merah atas yang berkulit hitam, tidak pula bagi yang berkulit hitam
atas yang berkulit merah, kecuali dengan takwa. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." (HR.
Al-Baihaqi).
Islam juga mewajibkan penegakan keadilan di antara
manusia, bahkan terhadap musuh sekalipun, dan mengharamkan kezaliman dalam
segala bentuknya. Allah Ta'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ
لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا
تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ}
Terjemahan: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa." (QS. Al-Ma'idah: 8).
Keenam: Kemuliaan Manusia dengan Dibukanya Pintu Taubat
dan Ampunan Dosa
Islam menjadikan pintu taubat terbuka bagi setiap
manusia, sebesar apa pun dosanya, dan menegaskan bahwa Allah mengampuni semua
dosa.
Allah Ta'ala berfirman:
{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا
عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا}
Terjemahan: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'" (QS.
Az-Zumar: 53).
Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah salah satu bentuk
kemuliaan dari Allah bagi manusia. Bayangkan jika manusia dihukum karena
dosa-dosanya dan tidak dibukakan baginya pintu taubat dan ampunan, bagaimana
jadinya keadaannya di dunia dan akhirat?!
Ketujuh: Kemuliaan Manusia dengan Terjaganya Martabatnya
Setelah Kematian
Manusia mendapatkan penghormatan dan kemuliaan dalam
Islam bahkan setelah ia wafat. Proses memandikan, mengafani, menyalatkan, dan
menguburkannya dengan layak adalah wujud-wujud nyata pemuliaannya setelah
kematian.
Sebagaimana Islam melarang penganiayaan terhadap manusia
saat ia hidup, Islam juga melarang penganiayaan terhadapnya setelah ia wafat.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"كسر عظم الميت ككسره حيًا"
Terjemahan: "Mematahkan tulang mayit sama seperti
mematahkannya saat ia hidup." (HR. Abu Dawud).
Sesungguhnya, pemuliaan manusia dalam Islam bukanlah
sekadar slogan atau teori. Ia adalah sebuah sistem komprehensif yang tercermin
dalam syariat, akhlak, dan muamalah, yang senantiasa menegaskan kesucian hidup,
kebebasan berkehendak, dan martabat manusia. Oleh karena itu, Islam merupakan
risalah teragung dalam membela harkat dan martabat kemanusiaan.
0 komentar:
Posting Komentar