Lebih Dekat kepada Syaikh Muhammad Shalih Al munajjid
Sesungguhnya Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid adalah termasuk
para ulama ‘amilin (yang mengamalkan ilmunya), yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menetapkan kecintaan kepadanya di hati kaum muslimin, di timur dan barat
dunia ini. Kitab-kitabnya banyak menyebar di antara para penuntut ilmu.
Berbagai kajian dan rekamannya telah sampai ke penjuru dunia. Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah membukakan hati manusia untuknya pada setiap tempat. Itulah
–kira-kira- yang menjadikan iri dan hasad sebagian penuntut ilmu kepadanya.
Kami di majalah Qiblati, telah menerbitkan sebagian makalah Syaikh al-Munajjid,
kemudian kami menghentikannya setelah sebagian penuntut ilmu merasa gelisah
terhadap hal ini tanpa alasan kebenaran yang nyata, atau hanya sekedar
ikut-ikutan atau kefanatikan mereka terhadap guru-guru mereka yang telah diliputi
oleh kecurigaan, dan buruk sangka terhadap Syaikh al-Munajjid, atau juga
mungkin karena hasad dan kedengkian terhadap Syaikh al-Munajjid, wallahu a’lam.
Karena itulah kami menghentikan penerbitan makalah-makalah beliau demi
persaudaraan dan pendekatan hati, juga karena ingin menjauh dari sebab-sebab
fitnah. Akan tetapi, tatkala kibarul ulama (ulama-ulama besar) tidak
membid’ahkan beliau, tidak juga menghajr beliau, maka kami, di majalah Qiblati
memutuskan untuk kembali menyebarkan makalah-makalah Syaikh al-Munajjid, agar
kami tidak menzhalimi Syaikh, dan tidak terhalang dari ilmu beliau, sebagaimana
ilmu para masyayikh yang lain. Tidaklah kami melakukan yang demikian kecuali
sebagai bentuk obyektifitas kami terhadap kebenaran dan nasihat kami kepada saudara-saudara
kami; hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yunus bin ‘Abdul A’la meriwayatkan, ‘Aku mendengar Ibnu
Wahab berkata, ‘Aku mendengar Malik bin Anas Rahimahullah berkata, “Tidak ada
di zaman kita ini sesuatu yang lebih sedikit daripada sikap inshaf (obyektif,
adil).”
Abu Umar Ibn Abdil Barr berkata, “Termasuk keberkahan ilmu
dan adabnya adalah sikap obyektif terhadapnya. Barangsiapa tidak obyektif, maka
dia tidak akan paham, dan tidak bisa memahamkan.” (Jami’u Bayanil Ilm Wa
Fadhlihi, Pasal Obyektif dalam Ilmu)
Biografi Syaikh:
Syaikh al-Munajjid dilahirkan pada tahun 1380 H.
Beliau menamatkan belajar di tingkat ibtidaiyyah (SD),
mutawashshithah (SMP), dan tsanawiyah (SMA) di Riyadh.
Kemudian pindah ke kota Zhahran di Saudi, dan menyelesaikan
S1 di Fak. Teknik Minyak dan Penambangan.
Guru-guru beliau:
Beliau menghadiri majelis-majelis Syaikh bin Baz
Rahimahullah, Syaikh ibn ‘Utsaimin Rahimahullah, dan Syaikh Ibn Jibrin
Rahimahullah. Dan orang yang paling banyak beliau ambil manfaatnya melebihi
ketiga masyayikh di atas –dengan membaca di hadapan mereka– adalah Syaikh Dr.
‘Abdurrahman ibn Nashir al-Barrak (Syaikh al-Barrak lahir di al-Bukairiyyah-
alQassim, 1352 H, yang mengambil ilmu dari Syaikh Ibn Baz Rahimahullah lebih dari 50 tahun, dari tahun 1369 hingga
wafatnya syaikh tahun 1420 H. Setelah wafatnya syaikh Ibn Baz, beliau diminta
menjadi anggota Lajnah Ifta (komisi Fatwa) namun beliau menolak karena ingin
mengabdikan diri di Masjidnya).
Kemudian beliau mendapatkan tashhih bacaan al-Qur`an dari
Syaikh Sa’id Alu ‘Abdillah.
Di antara para masyayikh yang beliau banyak ambil manfaat
dan bermulazamah dengannya adalah Syaikh Shalih al-Fauzan, Syaikh ‘Abdullah
al-Ghunaiman, dan Syaikh Muhammad as-Syinqithiy.
Kisah Beliau dengan Syaikh bin Baz Rahimahullah:
Syaikh bin Baz Rahimahullah memilih syaikh untuk menjadi
imam, khatib dan mufti dalam sebuah kisah indah yang Syaikh al-Munajjid
meriwayatkan rincian kisah tersebut dalam sebuah rekaman kajian dengan tema La
tazaalu Kalimaatuhu Fi Udzunayya (Kata-kata beliau masih terngiang-ngiang di
kedua telingaku)
Syaikh berkata: “Aku mempunyai seorang Syaikh, yang aku
belajar di sisi beliau. Pada suatu hari, aku ingin berangkat untuk belajar di Perguruan
tinggi, lalu aku berkata kepada beliau, ‘Berikanlah wasiat kepadaku!”
Beliau menjawab, “Aku wasiatkan kamu terhadap Kitabullah,
bacaannya, perenungannya, penafsirannya, dan penghafalannya.”
Kemudian Syaikh melanjutkan kisahnya, dengan berkata, “Sesungguhnya
aku mendapati bahwa menyibukkan diri dengan Kitabullah lebih wajib dari apa
yang ada. Dan sesungguhnya manusia itu kadang meyesali beberapa macam dari
bidang ilmu, kecuali menyibukkan diri dengan tafsir Kitabullah, syarah
hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , ilmu bahasa Arab, dan ushul
fiqh. Aku tidak menemukan sesuatu yang lebih lezat, lebih membuatku berhasyrat,
dan lebih baik dari semua itu, maka aku pun tidak butuh sesuatu pun
setelahnya.”
Setelah Syaikh al-Munajjid mengambil ilmu syar’i dari tangan
para masyayikh yang telah disebutkan terdahulu, beliau mengkhususkan diri dalam
bidang teknologi minyak dan pertambangan.
Setelah beliau selesai dari perkuliahannya, beliau berkata,
“Saat aku lulus, dulu aku merencanakan bahwa langkah selanjutnya adalah bisa
diterima bekerja pada suatu perusahaan dari berbagai perusahaan yang sesuai
dengan keahlian yang telah aku pelajari. Akan tetapi terjadi suatu perkara aneh
yang memalingkanku dari semua itu, dan mengembalikanku ke medan dakwah dan ilmu
syar’i untuk kedua kalinya. Dan orang yang memalingkanku dari hal itu adalah
guruku, yang aku belajar di sisi beliau selama lima belas tahun, beliau adalah
Syaikh bin Baz Rahimahullah.
Selepas lulus sarjana, aku langsung mendatangi beliau. Dan
aku sudah terbiasa hadir di sisi beliau pada libur perkuliahan dan mengambil
ilmu dari beliau.
Pada saat aku datang kepada beliau, langsung selepas lulus,
beliau berkata kepadaku, “Di mana engkau belajar?”
Kukatakan, “Universitas ini, dan ini.”
Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu pergi ke sana?”
(Seakan-akan beliau masih terheran-heran dengan pilihanku)
Kukatakan, “Ini adalah taqdir Allah, aku diterima di
Universitas ini, dan Universitas pertama yang menerima aku adalah Universitas
tersebut.”
Kemudian Syaikh berkata, “Wahai Fulan!” Beliau memanggil
juru tulis yang ada di sisi beliau, kemudian beliau berkata, “Tulis!”
Aku pun berkata dalam diriku, “Apa yang ingin ditulis oleh
Syaikh?!”
Beliau Rahimahullah berkata, “Tulis:
Dari ‘Abdul ‘Aziz bin Baz,
Kepada mudir (direktur) Kantor Riset ilmiah, Fatwa, Dakwah
dan Penerangan di Wilayah Timur, Fulan al-Fulaniy:
Syaikh Muhammad al-Munajjid akan bekerja sama bersama kalian
dalam pemberian kuliah, dan kajian di wilayah (kalian).”
Aku berkata (berkilah), “Aku belum pernah menyampaikan satu
kajian pun sepanjang hidupku, walau sesaat.”
Ternyata Syaikh bin Baz tidak menghiraukan alasanku,
kemudian menyuruh juru tulis untuk menulis surat kedua, “Tulis:
Dari Abdul Aziz bin Baz,
Kepada mudir Kantor Waqaf dan Masjid –Cabang kementerian di
wilayah timur- agar mengutus Syaikh al-Munajjid ke masjid yang sesuai untuk
menjadi imam dan berkhutbah.”
Syaikh al-Munajjid tersenyum, memberikan komentar dan
keheranan, “Khutbah…?! Bagaimana…?! Khutbah apa…?! Tadinya aku mau pergi ke
perusahaan… kok malah akan ada kajian dan khutbah…?!”
Syaikh bin Baz Rahimahullah pun tidak menghiraukan
komentarku, kemudian memerintahkan juru tulis untuk menulis surat ketiga,
“Tulis:
Kepada mudir Universitas, agar Syaikh al-Munajjid mengajarkan
ilmu syar’i di dalamnya.
Maka kukatakan, “Ini sangat sulit, karena aku tidak
mengemban ijazah syari’ah! Bagaimana ini?!”
Maka berkatalah syaikh bin Baz Rahimahullah:, “Ambillah
surat-surat ini, kemudian mintalah pertolongan kepada Allah, dan wajib atas
kamu untuk ikhlash!” Kemudian beliau meninggalkan aku, dan pergi dengan mobil,
dan membiarkanku di jalan bersama dengan rekomendasi-rekomendasi tersebut.
Aku pun terheran-heran, “Kajian-kajian… khutbah-khutbah…
bagaimana hal itu akan terjadi? Dan di mana?!”
Kemudian aku pun mengambil rekomendasi-rekomendasi tersebut
dan kukatakan, “Sudahlah… selagi Syaikh yang menyuruhku, maka ini
mengharuskanku untuk taat.”
Maka pergilah aku ke Mudir Pusat Dakwah pada waktu itu, lalu
aku serahkan kepadanya rekomendasi tersebut. Kemudian dia memerintah seseorang
untuk membacakan rekomendasi tersebut kepadanya –dia adalah seorang buta-.
Ternyata di dalamnya ‘penyampaian muhadharah dan kajian-kajian di
masjid-masjid… di wilayah timur.
Lantas mudir itu bertanya, “Di mana Anda belajar?”
Kujawab, “Di Universitas ini.”
Dia berkata, “Lalu bagaimana Syaikh Ibn Baz menulis ini?!”
Lalu kukatakan kepadanya, “Aku membawa rekomendasi ini
kepada Anda, sementara aku sendiri juga merasa terheran-heran seperti Anda.”
Lalu dia duduk berfikir, kemudian berbalik seraya bertanya,
“Anda tidak punya ijazah syari’ah?” Kujawab, “Tidak punya.”
Karena Syaikh bin Baz adalah Ketua Umum Kantor Riset ilmiah,
Fatwa, Dakwah dan Penerangan maka ucapannya harus dilaksanakan, dia adalah
mudirnya. Lalu dia berkata, “Di mana Anda ingin menyampaikan muhadharah
(ceramah) Anda?!”
Kujawab, “Demi Allah, aku tidak tahu.”
Dia pun berkata, “Aku akan menjadikanmu untuk meyampaikan
muhadharah dan kajian-kajian di madrasah-madrasah dan kantor-kantor
pemerintah.”
Kemudian dia berkata kepada sekretarisnya: “Berikan kepadaku
jadwal madrasah dan perkantoran, kemudian letakkan nama (Syaikh al-Munajjid)
pada jadwal muhadarah dan kajian-kajian tersebut.”
Aku pun mengambil rekomendasi, dan jadwal kajian, lalu
keluar. Aku pun berpikir, “Apa ini..?!”
Lalu aku pergi ke Mudir Wakaf dan Masjid, kemudian kuberikan
kepadanya rekomendasi Syaikh. Dia membuka rekomendasi tersebut, kemudian
memerintahkan untuk menunjukku di salah satu masjid, dan aku terus di sana
hingga hari ini.
Agar aku terbiasa (terlatih) berkhutbah, aku pergi ke masjid
lain di pasar untuk berkhutbah di tengah-tengah mereka. Mayoritas mereka adalah
orang-orang ‘ajam (non Arab), masjidnya paling banyak tiangnya, dan mimbarnya
tertutup. Lalu aku pun menutup diriku dengan tembok sebelah yang ada di sisi
kanan dan kiri mimbar. Dulu aku mengangkat kertas di tengah khutbah untuk
menutupi wajahku dengannya.
Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan taufik
untukku dengan karunia Allah kemudian berkat do’a Syaikh bin Baz dan perhatian
beliau kepadaku. Demikianlah aku beralih dari bidang kuliahku secara total.
Setiap kali aku bertanya kepada diriku sendiri, “Siapakah
penyebabnya, dan bagaimana bisa terjadi?” Maka aku pun menghadapkan do’a kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rahmat-Nya kepada Syaikh bin Baz,
serta mengangkat derajat dan kedudukan beliau serta mengampuni beliau, dan
menjadikan beliau di atas banyak makhluk-Nya pada hari kiamat.”
Inilah dia Syaikh Muhammad al-Munajjid, dan inilah kehidupan
beliau yang penuh dengan ilmu. Sesungguhnya aku yakin, bahwa banyak di antara
manusia tidak mengetahui rincian indah yang itu merupakan rekomendasi terbesar
yang diraih oleh seorang penuntut ilmu dari gurunya ini.
Kami mengingatkan bahwa Syaikh al-Munajjid –mudah-mudahan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaganya- mendapatkan banyak pujian dari anggota
Haiah Kibaril Ulama pada kajian-kajian mereka dan jawaban-jawaban mereka.
Karena itu aku menantang siapa saja yang bisa mendatangkan catatan miring atas
beliau –apalagi tahdziran- dari anggota Haiat Kibaril Ulama manapun, atau dari
Lajnah Daimah, atau juga para imam Masjidil Haram.
Bahkan, sesungguhnya Syaikh Shalih Fauzan Rahimahullah telah
memuji kitab Syaikh al-Munajjid yang baru, beliau berkata dalam pujiannya, ‘Aku
telah membaca sebuah kitab bernilai dan penuh faidah milik Syaikh Muhammad
Shalih al-Munajjid, sebuah kitab yang setiap penuntut ilmu membutuhkannya;
yaitu kitab Bid’atu I’adati Fahmin Nashsh[1]
(Bid’ah Menafsir ulang (rethinking) teks)[2].
Maka saya mendapatinya -walhamdulillah- sebagai sebuah kitab penuh faidah lagi
bermanfaat; dimana kita membutuhkannya pada waktu ini yang orang-orang
ruwaibidhah (orang kerdil tanpa ilmu sok punya ilmu); dan murid-murid Barat
serta orang-orang kebatinan banyak berbicara tentang hukum-hukum syariat demi
menghancurkan bangunan-bangunannya, dan menggantinya dengan pendapat-pendapat
orang-orang sesat. Maka segala puji bagi Allah yang pada setiap waktu telah
menjadikan seorang penolong bagi kebenaran, serta menjadikan pembantah dan
pemberantas kebatilan. Sesungguhnya kitab ini, dengan sebenarnya, telah menutup
satu celah besar yang dibuat oleh para penyamun itu yang berusaha untuk
mencabik-cabik penjagaan syariat, dan berusaha untuk memarjinalkan para
pelindung dan para pengemban Syariat….
Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas Syaikh Muhammad dengan
sebaik-baik balasan atas apa yang telah dia tulis, dia jelaskan, dia tunjukkan
dan dia komentari. Hingga dia jelaskan aib mereka, dan mengoyak topeng-topeng
mereka. Mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai bagian dari para penolong
agama-Nya, serta penjaga syari’at-Nya, serta menambahnya dengan ilmu dan amal.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
kepada keluarga dan para sahabat beliau.’
Mengambil ilmu dari seorang insinyur minyak dan tambang?
Sungguh mengherankan saat kita mendengar orang yang lancang,
buruk adabnya terhadap seorang alim Syaikh Muhammad al-Munajjid, kemudian dia
berkata dengan segenap kedengkian dan hasad: “Apakah kita akan mengambil agama
kita dari seorang Insinyur?!” Thalabul ilmi kerdil lagi miskin ini tidak
mengetahui bahwa dia tidak sampai pada tingkatan murid Syaikh yang paling
rendah sekalipun! Dia tidak mengetahui biografi syaikh yang penuh dengan ilmu
dan dakwah! Dia tidak mengetahui bahwa Insinyur hanyalah gelar ilmiah tambahan.
Dia adalah satu profesi yang dengannya manusia mencari kehidupan sebagaimana
para Nabi, para sahabat, dan ulama Salaf.
Nabi Nuh ‘Alaihi Sallam adalah tukang kayu, Nabi Idris
‘Alaihi Sallam adalah penjahit, Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam adalah pedagang
pakaian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dulu adalah seorang
penggembala, Abu Bakar, Utsman, dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallahu ‘Anhu
adalah para saudagar (pedagang), ‘Amr bin al-’Ash adalah seorang jagal hewan,
az-Zubair bin al-’Awwam seorang penjahit. Banyak di antara para ulama salaf
yang mencari nafkah dengan profesi-profesi dunia yang bermacam-macam. Di antara
mereka –bukan untuk membatasi– adalah:
Al-Ajuri: nisbat kepada pekerjaan pembuatan bata dan
penjualannya. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Ajuri.
Al-Iskafi: nisbat kepada orang yang membuat sandal dan
memperbaikinya (tukang sepatu dan sandal). Yang terkenal dengan profesi ini
adalah Ahmad al-Iskafi.
Al-Baqillani: nisbat kepada penjual (bakul) kacang. Yang
terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Baqillani.
Al-Bazzaz; nisbat kepada penjualan pakaian. Yang terkenal
dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Bazzaz.
At-Tauhidiy: nisbat kepada penjualan tauhid (satu jenis
korma), Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Hayyan at-Tahidiy.
Al-Jauziy; nisbat kepada kelapa dan penjualannya, lalu
terkenal dengan profesi ini, Abu Ishaq al-Jauziy.
Di antara para ulama kontemporer, beliau adalah Syaikh
Shalih Alus Syaikh, dulu beliau belajar di Fakultas Teknik selama 4 tahun,
demikian pula Syaikh Musthafa al-’Adawiy dulu beliau adalah seorang Insinyur,
juga Syaikh al-Faqih Muhammad Yasri Ibrahim, doktor bidang Teknik Kimia. Dan
banyak lagi selain mereka yang berprofesi sebagai dokter dan profesi-profesi
lain. Kita juga tidak melupakan bahwa Syaikh al-Albani Rahimahullah dulunya
adalah tukang jam. Mereka semua dan selain mereka mengambil petunjuk dengan
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ
“… Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah…” (QS. Al-Jumu’ah: 10) maka dulu mereka merupakan sebab kemakmuran dunia.
Hingga orang-orang kafir dan musyrik yang sombong tidak
memandang rendah pengikut para Nabi yang mereka mengambil agama mereka dari
(orang yang dulunya) para penggembala kambing, atau penjahit, atau tukang
kayu!!! Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah kepada
kondisi orang-orang yang tidak obyektif.
Pembelaan Syaikh al-Munajjid terhadap syaikh al-Albani
Rahimahullah:
Beliau menjawab di website beliau atas seorang penanya yang
bertanya tentang keadaan Syaikh al-Albani Rahimahullah, maka beliau pun
memujinya, menyebut rekomendasi ahlul ilmi kepadanya, memberikan nasihat untuk
membaca kitab-kitabnya, dan mendengarkan kaset-kasetnya. Lalu beliau menutup
dengan ucapannya: “Aku memohon kepada Allah, agar merahmati syaikh kami,
al-Albani, serta menempatkan beliau pada Firdaus yang tertinggi. Jawaban
tersebut ada pada link: http://www.islam-qa.com/ar/ref/110667.
Sejak kecil, Syaikh al-Munajjid telah banyak mengambil
manfaat dari kitab-kitab Syaikh al-Albani Rahimahullah. Beliau juga menghubungi
Syaikh al-Albani melalui telpon setiap kali beliau membutuhkannya. Di dalam
Silsilah Asyrithatul Huda Wan Nur, kaset (10/206) Syaikh al-Munajjid bertanya
kepada Syaikh al-Albani Rahimahullah, dengan banyak pertanyaan. Pada saat
al-Munajjid bertanya, ‘Apakah Anda mengizinkan saya untuk menyampaikan pertanyaan
terakhir? Syaikh al-Albani menjawab, ‘Sayang kalau ini adalah pertanyaan
terakhir.’ Maksudnya, ‘Aku ingin agar engkau memanjangkan perbincangan dan
bertanya sekehendakmu.’ Pada akhir pembicaraan via telpon itu, al-Munajjid
memperkenalkan dirinya dan bahwa beliau –yaitu Syaikh al-Albani- mengenal ayah
istrinya. Setelah al-Albani mengenal ayah istri al-Munajjid (mertua syaikh
al-Munajjid), maka syaikh al-Albani pun mendoakannya agar diberi rahmat oleh
Allah. Demikianlah adab Syaikh al-albani dan ketawadhuannya Rahimahullah.
Inilah link pembicaraan itu:
http://www.ansarallah.com/play_audio.php?audio=162.
Aktifitas dakwah beliau:
Sulit bagi kami untuk merinci aktifitas dakwa beliau, hanya
saja kami ringkas yang terpenting sebagai berikut:
memiliki lebih
dari 15 karya tulis
memiliki kajian di
televisi lebih dari 5600 jam siaran selama 23 tahun
memiliki silsilah
kajian di siaran radio al-Qur`an al-Karim
penasihat umum
sekumpulan website islami, yang terdiri dari 8 web.
Imam dan khatib Masjid
Jami’ Umar bin Abdil Aziz
Memiliki kajian-kajian ilmiah tentang:
Tafsir Ibnu Katsir
Syarah Shahih
al-Bukhari
Fatawa Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah
Syarah Sunan
at-Turmudzi
Syarah Kitabut
Tauhid Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab
Syarah Umdatul
Ahkam fil Fiqh, al-Hafizh ‘Abdul Ghaniy al-Maqdisiy
Syarah Kitab
Minhajus Salikin fil Fiqh, Syaikh as-Sa’diy
Inilah Syaikh Muhammad al-Munajjid, dan inilah kenyataan
beliau yang tersembunyi. Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
menetapkan bagiku dan bagi saudara-saudaraku di Majalah Qiblati segala
kebaikan, karena pembelaan kami kepada semua ulama para pewaris Nabi.
Oleh: Mamduh Farhan
Dipublikasikan oleh: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi,
copy-paste atau mencetak artikel yang ada di al-amiry.blogspot.com
dengan menyertakan al-amiry.blogspot.com sebagai sumber artikel
[1] Ini
link kitab beliau: http://saaid.net/book/14/5712.rar
[2] Yang
dimaksud oleh Syaikh adalah pikiran dan upaya bid’ah kaum Liberal, sebagaimana
yang yang digembar-gemborkan oleh “intelektual” Liberal dari pelbagai penjuru
dunia: Muhammad Abed Al-Jabiri (proyek Kritik Nalar Arab), Muhammed Arkoun
(Kritik Nalar Islam), Farid Essack (Hermeneutika Pembebasan), Hasan Hanafi
(Kiri Islam), Nasr Hamid Abu Zayd, (Peradaban teks) dan seterusnya. Yang
akhirnya berbondong-bondong aktifis JIL Indonesia mengekor di belakang mereka.

MaasyaAllah, sangat bermnafaat. Afwan izin bertanya, untuk makalah-makalah karya Syaikh Al Munajid bisa diakses dimana ya?
BalasHapus