Imam Nawawi Dan Ibnu Hajar Tak Lepas Dari Buah Bibir Mereka
Jangankan ustadz-ustadz kita, Ulama Kibar sekaliber Imam Nawawi dan Ibnu Hajar pun menjadi bahan buah bibir mereka. Mereka dibid’ahkan dan dikelompokkan bersama asy’ari
Radio rodja
dan para pematerinya nya tidak akan lepas dari tahdziran mereka. Ulama
sekaliber Imam Nawawi dan Ibnu Hajar Al Asqalani saja di bid’ahkan dan
dikelompok bersama asy’ari. Bagaimana dengan syaikh Ali Hasan dan ustadz-ustadz
kita yang ilmunya masih jauh dibawah kedua imam Ahli hadits ini.
Lihat salah
satu perkataan syaikh mereka. Dengan suara berapi-api beliau berkata dengan lantang:
كذاب الذي يقولون
النووي السلفي. و الله كذاب !! حتى يموت كائنا من كان. أشعري جلد. من أول كتابه في
مسلم إلى آخر كتابه. و شرحه موجود.
“Pendusta orang yang mengatakan Imam Nawawi adalah seorang
salafy. Demi Allah, dia adalah seorang pendusta !! Sampai dia mati dia adalah pendusta..
Siapapun dia. Nawawi adalah seorang Asy’ari yang kokoh. Dari awal kitabnya
dalam shohih Muslim sampai akhir (kita dapat melihat keasy’arian nawawi). Dan
syarhnya ada”[1]
Bagaimana tanggapan syaikh shalih fauzan akan
orang yang membid’ahkan Imam Nawawi dan ibnu Hajar ??
Beliau berkata:
الذي يبدع الإمامين ابن حجر و الإمام النووي, هذا هو المبتدع.. هذا هو المبتدع. أما الإمام ابن حجر و الإمام النووي فهما إمامان جليلان. محدثان. و لهما مؤلفات استفاد منها العلماء. ولا يزال المسلمون يستفيدون منها. وهم من علماء الحديث. فلا يجوز تبديع هذين الإمامين
“Yang membid’ahkan 2 imam, “Imam Ibnu Hajar dan Imam
Nawawi” maka dialah yang mubtad’ (ahli bid’ah).. Dialah yang mubtadi’. Adapun
Imam Ibnu Hajar dan Imam Nawawi, maka keduanya adalah imam yang mulia dan ahli
hadits. Dan keduanya memiliki karya-karya tulis yang dimanfaatkan oleh para
ulama. Dan kaum muslimin selalu mengambil faidah dari karya-karya mereka. Dan
mereka adalah ulama hadits. Maka tidak boleh membid’ahkan kedua imam ini”[2]
---------------------
Kenapa imam nawawi dan ibnu hajar tidak boleh
dibid’ahkan dan dikelompokkan bersama golongan asyari ?? Apalagi asya’ari yang
teguh ??
Walaupun imam nawawi dan ibnu hajar memiliki kesamaan dengan asy’ariyyah dalam beberapa takwilan sifat Allah. Akan tetapi tidak serta merta kita golongkan kedua imam ini kedalam asy’ariyyah. Dikarenakan, kedua imam ini banyak menyelsihi akidah asy’ariyyah yang menyimpang. Dan keduanya membela akidah salaf akidah ahlussunnah wal jama’ah. Dan mereka membela perkataan Ahlussunnah. Diantaranya adalah:
Walaupun imam nawawi dan ibnu hajar memiliki kesamaan dengan asy’ariyyah dalam beberapa takwilan sifat Allah. Akan tetapi tidak serta merta kita golongkan kedua imam ini kedalam asy’ariyyah. Dikarenakan, kedua imam ini banyak menyelsihi akidah asy’ariyyah yang menyimpang. Dan keduanya membela akidah salaf akidah ahlussunnah wal jama’ah. Dan mereka membela perkataan Ahlussunnah. Diantaranya adalah:
Kedua imam ini benar-benar menyelisihi asy’ariyyah
dalam pengertian iman.
Menurut kedua imam ini, iman adalah keyakinan,
perkataan, dan amalan, terkadang bertambah dan terkadang berkurang. Dan beliau benar-benar berpendapat dengan
perkataan ini dan membelanya. Berbeda dengan asy’ariyyah.. Mereka meyakini iman
adalah mempercayainya saja. Sehingga ibadah yang berupa perkataan dan amalan
tidak termasuk iman, karena menurut asy’ariyyah iman hanyalah dihati yang
berupa kepercayaan dan mempercayai.
Mari kita lihat perkataan Imam Ibnu Hajar Al
Asqalani:
هو قول وعمل فَأَمَّا الْقَوْلُ فَالْمُرَادُ
بِهِ النُّطْقُ بِالشَّهَادَتَيْنِ وَأَمَّا الْعَمَلُ فَالْمُرَادُ بِهِ مَا هُوَ
أَعَمُّ مِنْ عَمَلِ الْقَلْبِ وَالْجَوَارِحِ لِيَدْخُلَ الِاعْتِقَادُ وَالْعِبَادَاتُ
“Adapun iman
maka ia adalah perkataan dan perbuatan. Adapun iman adalah perkataan, maka maksudnya
adalah mengucapkan 2 kalimat syahadat. Adapun iman adalah perbuatan, maka
maksudnya adalah apa yang lebih umum,yang berarti iman adalah berupa perbuatan
hati dan anggota tubuh, maka masuk kedalamnya keyakinan dan ibadah-ibadah”
Dan kemudian
beliau berkata:
فَالسَّلَفُ
قَالُوا هُوَ اعْتِقَادٌ بِالْقَلْبِ وَنُطْقٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ
وَأَرَادُوا بِذَلِكَ أَنَّ الْأَعْمَالَ شَرْطٌ فِي كَمَاله وَمن هُنَا نشا لَهُم
الْقَوْلُ بِالزِّيَادَةِ وَالنَّقْصِ كَمَا سَيَأْتِي وَالْمُرْجِئَةُ قَالُوا هُوَ
اعْتِقَادٌ وَنُطْقٌ فَقَطْ وَالْكَرَّامِيَّةُ قَالُوا هُوَ نُطْقٌ فَقَطْ وَالْمُعْتَزِلَةُ
قَالُوا هُوَ الْعَمَلُ وَالنُّطْقُ وَالِاعْتِقَادُ وَالْفَارِقُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ
السَّلَفِ أَنَّهُمْ جَعَلُوا الْأَعْمَالَ شَرْطًا فِي صِحَّتِهِ وَالسَّلَفُ جَعَلُوهَا
شَرْطًا فِي كَمَالِهِ
“Maka para
salaf mengatakan: iman adalah keyakinan dengan hati dan perkataan dengan lisan
dan amalan dengan anggota tubuh. Dan
Para salaf meyakini bahwasanya perkataan dan perbuatan adalah syarat
kesempurnaan iman. Dari sinilah maka mucul perkataan mereka bahwasanya iman
bertambah dan berkurang sebagaimana yang akan datang. Adapun murji’ah maka
mereka mengatakan: iman adalah keyakinan dam perkataan saja. Adapun karramiyyah
maka mereka mengatakan: iman adalah perkataan saja. Adapun mu’tazilah mereka
mengatakan: Iman adalah pebuatan, perkataan, dan keyakinan. Akan tetapi yang membedakan
mereka dengan salaf adalah bahwasanya mereka menjadikan amalan-amalan
(perbuatan) adalah syarat sahnya iman dan salaf menjadikannya syarat
kesempurnaan iman”[3]
Dan Imam
Nawawi berkata dengan menukilkan perkataannya Ibnu Batthol rahimahumallah:
وَقَالَ الْإِمَامُ
أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ خَلَفِ بْنِ بَطَّالٍ الْمَالِكِيُّ الْمَغْرِبِيُّ فِي
شَرْحِ صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ مَذْهَبُ جَمَاعَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ مِنْ سَلَفِ الْأُمَّةِ
وَخَلَفِهَا أَنَّ الْإِيمَانَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ
“Dan Imam Abul
Hasan Ali bin Kholaf bin Bathol Al Maliki Al Maghribi dalam syarh shohih
Bukhari: Madzhab jama’ah ahlussunnah dari kalangan salaf yang terdahulu maupun
yang belakangan adalah bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, iman
bertambah dan berkurang”[4]
Dan beliaupun
menukil perkataannya Muhammad bin Ismail At Tamimi dalam mengingkari asy’ariyyah
dalam pengertian iman.
Beliau
berkata:
وَالْإِيمَانُ فِي
لِسَانِ الشَّرْعِ هُوَ التَّصْدِيقُ بِالْقَلْبِ وَالْعَمَلُ بِالْأَرْكَانِ وَإِذَا
فُسِّرَ بِهَذَا تَطَرَّقَ إِلَيْهِ الزِّيَادَةُ وَالنَّقْصُ وَهُوَ مَذْهَبُ أَهْلِ
السُّنَّةِ
“Dan iman menurut syariat adalah mempercai dengan hati
dan beramal dengan anggota tubuh. Dan jika iman ditafsirkan dengan ini, maka
dapat dipahami dia terkadang bertambah dan berkurang. Dan ini adalah madzhab
ahlussunnah”[5]
Dan lihat
Fatwa Syaikh Sholih Fauzan yang membid’ahkan Imam Nawawi, Ibnu Hajar, Ibnu
Hazm, dan Baihaqi.
Beliau
ditanya:
بعض الناس يبدّع بعض
الأئمة كابن حجر، والنووي، وابن حزم، والشوكاني، والبيهقي، فهل قولهم هذا صحيح ؟
“Sebagian
orang membid’ahkan para imam seperti Ibnu Hajar, nawawi, ibnu Hazm, Syaukani,
dan Baihaqi. Apakah perkataan mereka semua ini benar?”
Beliau
menjawab
dengan jawaban yang cukup
menyelekit bagi orang yang gila tahdzir:
لهؤلاء الأئمة من
الفضائل، والعلم الغزيز، والإفادة للناس، والاجتهاد في حفظ السنّة ونشرها، والمؤلفات
العظيمة؛ ما يغطي ماعندهم من أخطاء، رحمهم الله – تعالى. وهذه الأمور ننصح طالب العلم
أن لا يشتغل بها، لأنه يُحرم العلم والذي يتتبع هذه الأمور على الأئمة سيُحرم من طلب
العلم، فيصير مشغولاً بالفتنة، ومحبة النزاع بين الناس نوصي الجميع بطلب العلم والحرص
على ذلك، والاشتغال به عن الأمور التي لا فائدة منها. والنووي، وابن حزم، وابن حجر،
والشوكاني، والبيهقي؛ هؤلاء أئمة كبار، محل ثقة عند أهل العلم، ولهم من المؤلفات العظيمة،
والمراجع الإسلامية- التي يرجع إليها المسلمون - ما يغطي أخطاءهم وزلاتهم، رحمهم الله
- تعالى
- .
ولكن أنت يا مسكين
ماذا عندك ؟، يا من تتلمس وتتجسس على ابن حجر وابن حزم، ومن ذُكِر معهما، ماذا نفعت
المسلمين به ؟؟ ماذا جمعت من العلم ؟؟ هل تعرف ما يعرفه ابن حجر والنووي ؟؟ هل قدمت
للمسلمين ما قدم ابن حزم والبيهقي ؟؟ سبحان الله !!! . رحم الله امرءاً عرف قدر نفسه
. قل علمُك فتجرأت، وقل ورعك فتكلمت
“Para imam
yang telah disebutkan itu memiliki banyak keutamaan, ilmu yang luas, memberi
faedah yang banyak bagi umat, bersungguh-sungguh dalam menjaga dan menebarkan
sunnah, mereka pun memiliki banyak tulisan, kebaikan ini semua telah menutupi
kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat –semoga Allah merahmati mereka-.
Perkara-perkara
ini, maka kami nasehatkan kepada para penuntut ilmu, untuk tidak tersibukkan
dengan hal semacam itu. Karena hal itu hanya akan menghalangi kita mendapatkan
ilmu.
Orang-orang
yang melakukan semacam ini akan terhalangi dari mendapatkan ilmu. Waktunya akan
habis tersibukkan dengan fitnah semacam itu. Ia pun lebih suka perselisihan
diantara manusia. Aku nasehatkan kepada semua untuk terus menunut ilmu dan
tetap semangat meraihnya. Dan selalu menyibukkan dalam menuntut ilmu dan
meninggalkan perkara-perkara yang tidak ada faedah di dalamnya.
Perlu
diketahui bahwa An Nawawi, Ibnu Hazm, Ibnu Hajr, Asy Syaukani, Al Baihaqi,
kesemuanya adalah ulama-ulama besar. Mereka adalah ulama yang tsiqoh menurut
para ulama. Mereka punya karya tulis yang amat banyak, tulisan mereka pun jadi
rujukan kaum muslimin, sehingga itu semua sudah menutupi kesalahan-kesalahan
yang mereka perbuat –semoga Allah merahmati mereka-.
Sekarang Anda
sendiri –yang miskin ilmu- bagaimana? Wahai Anda yang gemar hanya mencari-cari
dan sibuk dengan kesalahan Ibnu Hajr dan Ibnu Hazm, manfaat apa yang telah Anda
beri pada kaum muslimin?
Berapa banyak
ilmu yang telah Anda kumpulkan? Apakah ilmu Anda sama dengan Ibnu Hajar dengan
An Nawawi? Apakah Anda sudah banyak memberi manfaat pada kaum muslimin daripada
Ibnu Hazm dan Al Baihaqi?
Subhanallah!!
….
Semoga Allah
merahmati seseorang yang tahu akan kedudukan dirinya.
Betapa
sedikitnya ilmu mu sehingga engkau berani, dan sedikitnya rasa wara’mu sehingga
engkau berbicara”[6]
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWaalaikumussalam, kesalahan syaikh Ali Hasan Al-Halabi dimana? Apakah itu dalam masalah fur' khilafiyyah ijtihadiyyah? Kalau dalam masalah khilafiyyah, ya itu sesuai ijtihad beliau.
HapusApa dalam masalah irja'? Kalau dalam masalah itu, maka itu hanya tuduhan belaka tanpa burhan dan hujjah. Semoga Allah mengampuni hamba-hambaNya yang memfitnah beliau.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPertama:
HapusKatanya antum masih awwam, tapi kok sibuk dengan urusan mencari-cari kesalahan ulama. Kalau antum masih awwam, ini nasihat syaikh Shalih Fauzan untuk orang-orang yang semisal antum "sibuk mengurusi masalah jarh ulama"
Bisa dilihat disini: http://www.alamiry.net/2014/06/renungan-bagi-oknum-yang-mengaku-murid.html
Kedua:
Perkataan antum: "Mungkinkah ustadz mentahdzir tanpa bukti?"
Ustadz siapa dulu? Kalau ustadz pemakan bangkai kaum muslimin, ya maklum.
Jadi jangan sibukkan diri antum dengan mencari celah para ulama. Sebanyak-banyaknya antum menemukan celah syaikh Ali Hasan Al-Halabi, maka antum lebih jahil dari beliau. Banyak ilmu yang belum antum pelajari, kok malah mau mencari kesalahan orang.
Masya Allah Ustadz Al Amiry sungguh bijak dan berpemikiran luas. BarakAllahu fiikum. Semoga selalu diberikan kesehatan dan ilmu. Aamiin
BalasHapusKayaknye yg masuk surga kelompok ente doang nih. Yg paling bener, paling soleh, paling alim, kayaknye cuma kelompok ente. Eh tapi kalo ternyata salah gimana neeh? Ouch...
BalasHapus