Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Sabtu, 16 September 2017

Sebaik-Baik Pernikahan Adalah Pernikahan Yang Paling Sederhana

Ada sebuah hadits yang sangat patut untuk kita renungi. Hadits tersebut mengenai anjuran nabi shallallahu alaihi wa sallam agar proses pernikahan dibuat sesederhana mungkin tanpa ada tabdzir (mubadzir harta) dan beban yang berat.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

خير النكاح أيسره

“Sebaik-baik pernikahan adalah pernikahan yang paling sederhana” (HR. Abu Daud No. 2117; Shahih)

Benarlah sabda Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- ini. Karena sepasang kekasih akan lebih membutuhkan materi setelah pernikahan dilaksanakan dan bukan ketika resepsi pernikahan dilangsungkan. Jangan sampai menjadi pasangan yang kurang materi hanya karena telah mengamburkan harta di masa resepsi pernikahan.

Maka dari itu, Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- pula telah menganjurkan untuk para wanita agar meringankan maharnya (mas kawin). Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَيْسِيرَ خِطْبَتِهَا، وَتَيْسِيرَ صَدَاقِهَا

“Sesungguhnya dari keberkahan seorang wanita adalah dengan meringankan proses khitbah (lamaran) dan meringankan maharnya.” (HR. Ahmad No. 24477; Hasan)

Dan dirawayatkan pula dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةً أَيْسَرُهُنَّ مَئُونَةً

“Wanita yang paling besar berkahnya adalah wanita yang paling sederhana maharnya.” (HR. Ahmad No. 25119; Dha’if)

Maka untuk para wali nikah atau orang tua dari kedua mempelai agar saling memahami dan mengerti, sehingga tidak membebankan suatu hal yang di luar kemampuan kepada pihak pasangannya. Karena ketika pernikahan selalu dipersulit dan terasa menjadi beban, maka para pemuda dan pemudi akan lari mencari jalan lain yaitu zina. Wal ‘iyadzu billah.

Maka dari itu, lihatlah mahar putri Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- ketika dilamar oleh Ali bin Abi Thalib. Rasulullah hanya menjadikan maharnya sebuah perisai  yang sudah hancur. Ibnu Abbas -radhiyallahu anhu- bercerita:

لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِيٌّ فَاطِمَةَ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَعْطِهَا شَيْئًا»، قَالَ: مَا عِنْدِي شَيْءٌ، قَالَ: أَيْنَ دِرْعُكَ الْحُطَمِيَّةُ؟

“Ketika Ali hendak menikahi Fathimah, maka Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda kepada Ali: ‘Berikanlah kepada Fatimah sesuatu’. Maka Ali berkata: ‘Aku belum memiliki harta’. Maka Rasulullah bersabda: ‘Mana perisaimu yang sudah hancur?’ (HR. Abu Daud No. 2125; Shahih)

Dan bahkan ketika Umar bin Khattab -radhiyallahu anhu- berkhutbah, beliau berkata:

أَلَا لَا تُغَالُوا بِصُدُقِ النِّسَاءِ، فَإِنَّهَا لَوْ كَانَتْ مَكْرُمَةً فِي الدُّنْيَا، أَوْ تَقْوَى عِنْدَ اللَّهِ لَكَانَ أَوْلَاكُمْ بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مَا أَصْدَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ، وَلَا أُصْدِقَتْ امْرَأَةٌ مِنْ بَنَاتِهِ أَكْثَرَ مِنْ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ أُوقِيَّةً

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memberikan mahar kepada wanita, karena jika itu adalah sebuah kehormatan di dunia dan ketaqwaan di sisi Allah maka yang lebih berhak untuk itu adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Namun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah memberikan mahar kepada istri-istri beliau lebih dari 12 uqiyyah (ons) perak” (HR. Abu Daud No. 2106; Hasan Shahih)

Dan dalam masalah walimah nikah (resepsi nikah), Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- menganjurkan agar disederhakan. Beliau bersabda kepada Abdurrahman bin Auf setelah akad nikahnya dilangsukan:

أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ

“Buatlah walimah walau hanya dengan seekor kambing” (HR. Bukhari No. 2048)

Maka sederhakanlah proses pernikahan, karena itulah jalan keberkahan. Dan jika Allah memberikan berkah kepada sebuah pasangan, maka mereka akan selalu merasakan sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dengan hal ini, insya Allah sebuah pasangan akan selalu langgeng hingga jannah tempat tinggal mereka.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat, wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.

Penulis: Ust. Abdurrahman Al Amiry

Artikel: abdurrahmanalamiry.com

Abdurrahman Al-Amiry adalah seorang penuntut ilmu dan pengkaji islam, serta mudir atau pimpinan ponpes Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel. Keseharian beliau adalah mengajar dan berdakwah di jalan Allah. Beliau menghabiskan waktu paginya dengan mengajar para santri dan menghabiskan waktu malam dengan berdakwah lepas di berbagai masjid..

1 komentar:

Contact Me

Adress

Ma'had Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel

Phone number

+62 89520172737 (Admin 'Lia')

Website

www.abdurrahmanalamiry.com